Jurnalis Palestina Yang Kehilangan Satu Matanya Usai Ditembak Tentara Israel Akhirnya Buka Suara. Inilah Fakta Sebenarnya
Jurnalis Palestina Muath Amarneh kehilang satu matanya saat sedang meliput protes dekat kota Surif di Tepi Barat akhirnya buka suara. Israel sendiri menyangkal tentaranya telah menembak Amarneh, kendati demikian kepada kantor berita RT Arab, sang kameraman yang menemani Amarneh bertugas mengatakan bahwa koleganya tersebut memang sengaja dijadikan sasaran tentara Israel.
Dua minggu yang lalu, Amarneh sedang meliput aksi demo yang digelar dekat kota Surif. Ia mengatakan bahwa aksi demo tersebut berjalan damai meski isinya menentang pemukiman Israel di wilayah tersebut.
Kota Surif sendiri berada dekat perbatasan Israel, tepatnya di antara kota Hebron dan Yerusalem dan berada di tepi ‘Area C’, atau wilayah Tepi Barat yang berada di bawah kendali Israel.
Aksi protes tersebut lantas berubah menjadi ricuh usai rakyat Palestina terlibat bentrok dengan pasukan Israel. Mengenakan seragam pers lengkap dengan pelindung tubuh dan helm yang biasa dipakai para reporter konflik di seluruh dunia, Amarneh mulai mengambils sejumlah foto, ketika tiba-tiba sebuah peluru mengenai satu matanya. Suatu hal yang dilarang dalam hukum kemanusiaan internasional.
Amarneh kemudian mengaku, bahwa peluru itu milik penembak jitu Israel.
“Ketika saya ditembak saya merasa akan mati,” ujar Amarneh yang mengenakan perban di satu matanya kepada RT .
“Saat itu saya merasa kepala saya akan meledak, dan disuatu waktu saya merasa penglihatan saya perlahan menghilang dan inilah nafas terakhir saya, teman-teman jurnalis lainnya kemudian datang dan langsung menggotong saya.”
Sebelumnya, Uni Eropa meminta dilakukannya penyelidikan terhadap Israel yang diduga menggunakan peluru yang diklaim bisa meledak di dalam tubuh, merobek jaringan hingga mampu menyebabkan banyak kerusakan internal pada korbannya.
“Mereka mengambil gambar semua orang dan merekam saya dan mengatakan ‘kami tidak menembak pria ini,” ujar Amarneh.
“Mereka bilangnya saya dilempar pakai batu atau benda lainnya dan tetap bersikeras bahwa mereka tidak menembak saya. Di sepanjang karir saya sebagai seorang jurnalis, saya tidak pernah melihat tentara Israel yang menghampiri seseorang yang terluka, merekamnya, mengomentari lukanya lalu pergi. Biasanya, para tentara datang untuk membantu orang yang terluka atau menyelidiki kronologis kejadiannya.”
Di tempat terpisah, seorang juru bicara Israel mengatakan pada kantor berita Times of Israel bahwa Amarneh tidak menjadi sasaran serang, dan amunisi tersebut hanya digunakan untuk menertibkan pada demonstran.
“Saya bukan menjadi satu-satunya sasaran,” ujar Amarneh, “Sasarannya adalah para jurnalis secara keseluruhan bukan hanya saya. Pasalnya, saat itu saya mengenakan seragam jurnalis dan pakaian pelindung yang dikenali semua orang. Anda bahkan bisa melihatnya dari jarak ratusan meter.”
Pasca ditembak, Amarneh langsung dilarikan ke rumah sakit yang ada di Hebron dan kemudian dibawa ke Yerusalem untuk menjalani perawatan lebih lanjut,
Di saat tim dokter mulai mencari cara mengeluarkan serpihan metal yang nyaris mengenai otak Amarneh, di luar sana aksi solidaritas terhadap Amarneh mulai bermunculan.
Ribuan rakyat Palestina berkumpul di berbagai wilayah di Tepi Barat, beberapa di antaranya bahkan memegang foto Amarneh dan turut mengenakan perban di salah satu matanya.
{{--related_news#3--})
Sebagai informasi, menrut laporan Sindikat Jurnalis Palestina, sekitar 60 jurnalis Palestina telah ditembak pasukan Israel dalam 12 bulan terakhir. Sedangkan lebih dari 170 jurnalis lainnya dipukuli, ditahan atau dilarang meliput.
“Israel tidak menginginkan imagenya dicap sebagai pihak yang menindas oleh masyarakat dunia,” ujar Amarneh.
“Sedangkan para jurnalis Palestina menunjukkan pada dunia pendudukan Israel sebenarnya terhadap rakyat Palestina, serta minimnya rasa hormat terhadap hak asasi rakyat Palestina.”
Amarneh kemudian mendesak negara lainnya untuk segera bergerak dan mengakhiri segala praktek pendudukan Israel.
“Israel menandatangani piagam internasional dan harusnya mereka menghargainya. Selain itu, Israel juga harus mempertanggungjawabkan kejahatannya terhadap seluruh jurnalis Palestina di pengadilan internasional.”
- Source : www.rt.com