Ide Wisata Syariah Danau Toba Dari Segi Bisnis, Apa Menguntungkan?
Sebelumnya penulis mau tegaskan kalau di sini penulis tidak ingin membahas soal agama, apalagi membahas soal mayoritas atau minoritas yang sekarang sedang menjadi pembahasan yang panas, tidak berujung dan rentan menimbulkan perpecahan. Di sini penulis mau membahas Wisata Syariah dari segi bisnis, apakah menguntungkan atau membuat buntung? Karena penulis sendiri sebenarnya tidak anti dengan istilah Wisata Syariah.
Hal ini perlu dibahas, karena jangan sampai Wisata Syariah yang direncanakan untuk mendatangkan turis dari negara Islam ini hanya ramai di awal seperti Wisata Syariah di pantai Banyuwangi yang sekarang sudah sepi pengunjung.
Sudah budaya lokal hilang, Syariah Islam diterapkan di wilayah tersebut, para pedagang makanan non halal yang terkenal disana tutup, ujung-ujungnya sepi pengunjung karena turis dari Arab malah memilih Puncak sebagai tempat wisata atau Bali seperti yang dilakukan raja Salman.
Itu namanya, sudah jatuh tertimpa tangga pula, lalu ada anjing lewat menggigit, ternyata anjing nya memiliki penyakit rabies, lalu dioperasi. Berakit-rakit kita ke hulu, berenang kita ketepian, bersakit-sakit dahulu senang pun tak datang, malah mati kemudian.
Nah ketika berbicara Wisata Syariah, cocok tidak Branding Wisata Syariah diterapkan di sekitar Danau Toba yang terkenal dengan makanan khas batak seperti Saksang yang terbuat dari makanan non halal bagi muslim? apalagi penduduk sana kebanyakan adalah suku batak yang kebanyakan non muslim.
Apakah Branding Syariah lebih menjual dari Branding lain misal : Wisata Alam atau Wisata Kuliner Khas Batak atau Wisata Adat? Menurut penulis lebih masuk Branding Wisata Adat daripada Wisata Syariah karena suku batak terkenal dengan adat istiadat yang unik, termasuk makanan-makanan khasnya seperti Saksang, Arsik, B1 (Maaf daging anjing).
Bandung terkenal dengan Wisata Kuliner, Bali terkenal dengan Wisata Alam, kira-kira Danau Toba apakah akan terkenal jika diberi label Wisata Halal Syariah? Menurut penulis sih, beberapa daerah di Jawa Barat yang lebih cocok jika ingin dibuat Wisata Syariah karena sesuai dengan kultur budayanya.
Jika kelebihannya hanya makanannya halal, lalu ada fasilitas ibadah muslim, maka wisata tanpa embel-embel Syariah sekalipun bisa menerapkan hal tersebut. Di Bali sekalipun kita bisa menemukan kedua hal tersebut, kenapa harus diberi embel-embel Syariah?
Jika kelebihannya adalah keindahan alam Danau Toba, maka tidak perlu diberi embel-embel Syariah sekalipun itu tidak akan berubah. Apakah dengan diberi embel Syariah tiba-tiba Danau Toba jadi seindah surga? Atau ketika tidak diberi embel Syariah Danau Toba jadi mengerikan seperti neraka? Kan tidak.
Jika kelebihannya adalah di tempat wisata tersebut menerapkan Syariat Islam menyeluruh seperti di Aceh, misal yang datang tidak boleh memakai bikini dan wajib berhijab, lalu yang pria tidak boleh kelihatan auratnya (dari pusar ke bawah itu aurat pria, koreksi ya), lalu tidak boleh ada bioskop, lalu di dalamnya ada pengajian yang diisi oleh Felix Siauw (misal loh ini), maka pertanyaannya mendatangkan pendapatan berapa sih Wisata seperti itu?
Tidak perlu jauh-jauh, contoh saja Aceh! Berapa banyak turis muslim yang tertarik berkunjung ke sana sih? Berapa pendapatan Aceh dari sektor pariwisata? Teuku Wisnu yang orang Aceh dan Islami saja tidak mau tinggal di wilayah Syariah Islam tersebut yang seharusnya jadi tempat tinggal ideal buat beliau.
Apakah mampu mengalahkan Bali sebagai tempat Wisata tanpa embel Syariah yang bahkan raja Salman saja memilih datang ke sana? Atau jangan-jangan turis Arab sekalipun malah memilih puncak yang tidak ada embel Syariah daripada berwisata ke Aceh? Itu yang harus dipikirkan, jika alasannya untuk menarik wisatawan muslim, khususnya dari negara-negara Arab.
Lalu di luar negeri, kenapa Dubai mengizinkan wanita di pantainya berbikini? Berapa pendapatan mereka dari sektor pariwisata? Bandingkan dengan negara yang menerapkan Wisata Syariah, kira-kira orang lebih tertarik mana sih? Jangan lupa Arab Saudi saja demi meningkatkan pariwisata, mereka membolehkan sebagian pantainya untuk diisi wanita-wanita berbikini yang memamerkan aurat. Malaysia yang katanya menerapkan Syariah Islam saja ada wilayahnya yang khusus menyajikan tempat Judi untuk turis nya.
Kesimpulan :
Dari segi bisnis penulis tidak melihat keuntungan yang akan didapat jika Danau Toba menerapkan Wisata Syariah. Jadi alasan untuk mendatangkan turis arab dan negara muslim agar meningkatkan pariwisata Danau Toba bagi penulis tidak memiliki dasar yang kuat malah bisa membuat turis non Muslim melarikan diri. Namun, jika ada yang berbeda pendapat dan ingin diskusi silakan penulis sangat terbuka.
Tapi, jika segi bisnis hanya dipakai sebagai alasan saja dan tujuan utama penerapan Wisata Syariah di Danau Toba hanya agar Khilafah Ala HTI tegak di sana dan memberangus budaya minoritas di sana, maka hanya ada satu kata "LAWAN!!".
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Danau_Toba
- Source : seword.com