‘Tak ada tabrakan besar’: Ilmuwan Brazil membuat Teori Kosmis
Teori Big Bang merupakan penjelasan yang diterima seluruh orang terkait teroi asal mula terbentuknya alam semesta; namun, seorang ahli fisika dari Brazil Juliano Cesar Silva Neves telah mencetuskan teori “putaran” baru, yang menantang konsep yang berlaku saat ini.
Seorang ilmuwan di Brazil telah mengajukan cara menyelesaikan masalah yang dihadirkan oleh teori Big Bang, kebutuhan akan keanehan ruang waktu, dengan melakukan hal yang umumnya bersebrangan dari teori tersebut.
Dalam sebuah artikel yang berjudul, “Bouncing cosmology inspired by regular black holes," yang terbit dalam jurnal General Relativity and Gravitation pada isu bulan September, Neves mengemukakan gagasan bahwa alam semesta berkembang dan berkontraksi secara berputar.
“Salah satu konsekuensi dari penelitian saya merupakan penglihatan “perputaran” pada bumi,” Juliano Cesar Silva Neves, seorang ahli fisika di Uniersitas Campinas Brazil (IMECC-UNICAMP), mengatakan pada Sputnik Brasil.
“Model kosmologis yang saya usulkan, tentu saja, mengakui adanya perluasan alam semesta dan juga fenomena lainnya seperti radiasi kosmik. Bagi saya, isu utamanya adalah teori Big Bang dan keadaan keanehan di awal. Artinya, tahap pertama (berdasarkan teori tersebut) dari keberadaan alam semesta, sebuah keadaan di mana jumlah fisik dan geometris yang digambarkan dalam teori relativitas Einstein, tidak memiliki nilai yang tetap.”
“Dalam kata-kata matematikawan, semua jumlah ini cenderung menuju tak terhingga. Hal ini dirasakan sebagai sebuah masalah yang ada dalam teori relativitas, dan kebanyakan dari komunitas ilmiah berpikir bahwa di masa depan, permasalahan ini dapat diselesaikan dengan bantuan dari teori gravitasi kuantum, yang belum terwujud saat ini,” Neves menjelaskan.
Secara umum, tidak ada yang namanya teori gravitasi kuantum, yang menyesuaikan teori relativitas umum dan mekanika kuantum. Diharapkan teori semacam itu dapat memberikan penjelasan yang memuaskan terhadap struktur mikro dari ruang waktu yang disebut dengan skala Planck, batasan minimal alam semesta, melampaui hukum fisika.
“Namun, masalah awal keganjilan tersebut dapat diselesaikan tanpa menggunakan teori kuantum, yang saya tunjukkan dalam penelitian saya. Dalam model ini, tidak ada masa di fase awal dimana jumlah ini memiliki nilai yang tak terbatas, dan sebagai tambahan, fase itu belum tentu fase yang pertama. Karena itu, saya menolak gagasan ledakan dan mengusulkan adanya pantulan. Jika hal itu benar terjadi, lalu sebelum perluasan alam semesta saat ini, ada fase lain sebelumnya. Jika alam semesta saat ini berkembang, berarti sebelumnya, alam semesta berkontraksi.
{{--relate_news#3--}}
“Atas dasar itu, sangat memungkinkan untuk membangun model yang berputar, dimana alam semesta mengalami fase kompresi dan ekspansi yang berurutan,” Neves menyatakan.
- Source : sputniknews.com