‘Apropriasi kultural’: Kontroversi berbagai kostum Halloween
Beberapa kampus di penjuru negeri mengatakan pada para siswanya untuk memilih kostum Halloween mereka secara hati-hati, untuk tidak merugikan berbagai ras minoritas. Berbagai workshop dan acara baru-baru ini di berbagai sekolahan sedang menyoroti hal yang mereka anggap seabagai masalah besar.
Para siswa menggunakan panduan, daftar cek, workshop, penyelidikan ancaman dan menawarkan bimbingan selama 7 hari 24 jam terkait masalah kultural apropriasi melalui pemakaian beberapa kostum Halloween tertentu.
Sebelumnya pada bulan ini, Universitas St. Thomas di Minnesota membuat selebaran tentang “Kostum atau Apropriasu Kultural” yang memuat berbagai kostum dan pakaian yang “tidak layak”, termasuk hiasan kepala suku Asli Amerika, pakaian geisha atau topi sombrero milik orang Mexico.
“Apripriasi Kultural didefinisikan sebagai ‘tindakan mengambil ekspresi intelektual dan budaya dari suatu budaya yang bukan milkimu, tanpa kamu memahami makna dan menghargai budayanya,” bunyi selebaran tersebut.
Selebaran tersebut lanjut mengatakan bahwa kostum yang bersifat menyinggung menggabungkan “sejarah panjang tentang prasangka, kebencian, diskriminasi, kolonialisme dan perbudakan,” bersamaan dengan “unsur penting dan sacral yang dimasukkan ke dalam fashion.”
Namun untuk mereka yang terus mengikuti dan berpegang pada nilai-nilai jaman dahulu, beberapa universitas disini akan membantumu untuk memahami alasa dibalik pendirian mereka terkait kostum-kostum tersebut.
Universitas California di Santa Barbara, baru-baru ini menggelar Social Justice Workshop untuk mengajari para siswa bagaimana cara menemukan orang yang menyalahgunakan dan tidak menghargai suatu budaya pada kostum Halloweennya.
Dan Kelompok Edukasi tentang Keadilan Sosial di Universitas Negara Bagian Washington menggelar acara serupa yang disebut dengan “We’re a Culture, Not a Costume” untuk mengedukasi masyarakat tentang berbagai kostum Halloween yang “disalahgunakan”, Acculturated melaporkan.
Sementara itu, Universitas Massachusetts, Amherst, memasang berbagai poster di sekitar kampus yang berbunyi “Simple Costume Racism Evaluation and Assessment Meter” (SCREAM), menentukan level ancaman berdasarkan seberapa melenceng kostum yang dikenakan dibandingkan dengan ras siswa.
Dan seorang rector di kampus Notre Dame, Indiana, minggu ini menyebarkan memo untuk para siswa perempuan di tempat mereka menjelang diadakannya pesta dansa bertemakan Disney, untuk tidak berdandan seperti Moana, Aladdin, Pocahontas, Mulan ataupun princess and the frog.
Kampus lainnya, termasuk Universitas Utah, Universitas Arizona, Texas A&M, Tufts, Gettysburg College dan Universitas Florida, telah mengeluarkan metode serupa untuk menangani permasalahan terkait kostum.
Bulan lalu, seorang blogger aktivis pengasuhan anak, Sachi Feris mempos tentang anak perempuan yang berdandan seperti karakter Elsa dari Frozen, tak seharusnya mengenakan kostum itu, karena karakter tersebut mempromosikan “kecantikan wanita kulit putih”. Postingan tersebut segera menjadi viral dan ditampilkan di majalah Cosmopolitan.
Namun, kita masih bisa bersenang-senang dalam perayaan Halloween kok!
Buzzfeed menunjukkan pada RT dalam sebuah cuitan menunjukkan dua karyawan Buzzfeed, salah satunya berdandan sebagai troll yang mengenakan kaos RT dan yang satunya berdandan sebagai robot, yang mengacu pada dugaan adanya gangguan pemilihan umum yang dilakukan Rusia.
Trolls, bots occupying our news desk this Halloween @o_tilli_a @lamthuyvo pic.twitter.com/tRkyC7I6op
— Ben Smith (@BuzzFeedBen) October 31, 2017
RT menanggapinya dengan humor segar, dan membalas cuitannya dengan tanggapan yang ramah, dengan menyertakan logo Buzzfeed yang popular dengan sebuah headline bertuliskan “BREAKING: SECRET MEETING OF RT FANCLUB EXPOSED!”
BREAKING: SECRET MEETING OF RT FANCLUB EXPOSED! pic.twitter.com/lLz3FAjJdP
— RT Press Office (@RT_PressOffice_) October 31, 2017
Jurnalis Alexey Kovalev juga bergabung dengan cuitan lucu ini.
Touché, @RT_PressOffice_, touché.
— Alexey Kovalev (@Alexey__Kovalev) October 31, 2017
- Source : www.rt.com