Amarah Raja Laut: Badai seukuran Bumi terlihat dalam atmosfer Neptunus
Sebuah sistem badai raksasa telah terlihat di dekat khatulistiwa Neptunus, sangat besar sehingga para astronom dengan mudah dapat mengamatinya meski keremangan dan jarak Neptunus dari Bumi. Badai tersebut adalah yang paling selatan yang pernah diamati pada raksasa gas yang sangat jauh ini.
Twilight observations reveal huge storm on Neptune https://t.co/G0D7nZy0aF via @ucberkeley pic.twitter.com/LcEo6BsYfS
— Manuela Rossol (@Abana09) August 4, 2017
“Yang ini aneh, karena sangat besar dan tidak gelap, ini terang, dan benda-benda yang terang mungkin seperti awan cirrus di atas badai petir yang ada di bawahnya,” Bryan Butler dari Observatorium Astronomi Radio Nasional mengatakan kepada National Geographic. “Dan tampaknya tetap stabil, karena sudah sebulan lebih sekarang ini.”
Di masa lalu, badai Neptunus hanya telah diamanit di planet ini saat berada dalam kegelapan total. Namun sistem badai ini panjangnya sekitar 5.600 mil – kira-kira jaraknya dari Chicago ke Ankara, Turki. Badai besar ini menutupi area melingkar 30 derajat.
“Melihat badai yang terang dalam lintang yang rendah ini sangat mengejutkan. Biasanya, daerah ini benar-benar sepi dan kita hanya bisa melihat awan terang di lintang seperti ini, jadi ada awan yang begitu besar tepat di wilayah khatulistiwa sangatlah spektakuler,” kata Ned Molter, seorang mahasiswa pascasarjana astronomi di Universitas California, Berkeley, dalam sebuah pernyataan. Molter menemukan sistem badai ini secara tidak sengaja ketika mengamai Netpunus dengan teleskop Observatorium W.M. Keck di Mauna Kea, Hawaii.
Sistem badai tersebut, yang berukuran tiga perempat lebih besar dari Bumi, dapat disebabkan oleh “sistem pusaran besar dan bertekanan tinggi yang berlabuh jauh di atmosfer Neptunus,” menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh observatorium tersebut.
Awan-awan ini mungkin adalah awan metana yang ada di beberapa lapisan atmosfer Neptunus – sangat jarang terjadi di Bumi di beberapa lapisan atmosfer, dengan hanya 44 kali tercatat dalam 100 tahun terakhir.
Ukuran badai ini menunjukkan bahwa ada semacam vortex yang menahan badai itu ditempat, menurut Molter. “Vortex besar ini sedang berdiam di wilayah di mana udara, secara keseluruhan, mereda daripada naik. Terlebih lain, vortex yang bertahan lama di wilayah khatulistiwa ini akan sulit dijelaskan secara fisik... Hal ini menunjukkan bahwa ada perubahan yang sangat drastis pada dinamika atmosfer Neptunus, dan mungkin ini adalah sebuah peristiwa cuaca musiman yang bisa terjadi setiap beberapa dekade sekali,” kata de Pater dalam pernyataan observatorium tersebut.
Memang badai baru di Neptunus ini mengesankan, namun masih tidak bisa dibandingkan dengan badai Great Red Spot Jupiter yang memiliki luas 10.000 mil yang tidak ada hentinya, sistem badai ini telah berkecamuk setidaknya selama 350 tahun lamanya.
Namun, jangan menganggap rendah Neptunus. Angin dengan kecepatan 1.000 mil per jam diketahui bertiup di permukaan Neptunus, menjadikannya sebagai planet terdingin di tata surya. Sebagai perbandingan, bahkan badai Bumi yang paling kuat sekalipun tidak sampai kecepatan 160 mil per jam.
Pada tahun 1989, pesawat ruang angkasa Voyager 2 (pesawat ruang angkasa manusia terakhir yang melewati Neptunus) mengamati badai yang sangat besar di permukaan Neptunus. “The Great Dark Spot” membuat imajinasi para astronom menjadi liar, namun pada saat Teleskop Luar Angkasa Hubble mencoba mengamati Neptunus pada tahun 1994, badai tersebut tampaknya telah hilang.
- Source : sputniknews.com