Presiden Dewan Eropa peringatkan “tidak ada yang dimenangkan” dalam perundingan Brexit mendatang
Pada hari Rabu Presiden Dewan Eropa Donald Tusk memperingatkan bahwa baik Brussels dan London tidak memiliki apa pun “untuk dimenangkan” dalam “negosiasi sulit” yang akan datang.
“Tidak ada yang dimenangkan dalam proses ini, dan saya berbicara tentang kedua sisi. Pada intinya, ini tentang pengendalian kerusakan,” ia mengatakan dalam sebuah konferensi pers ketika menerima surat Brexit dari Duta Besar Inggris untuk Uni Eropa, yang memicu perhitungan mundur selama 2 tahun untuk Brexit setelah keanggotaan negaa tersebut selama 44 tahun.
Menggarisbawahi bahwa “sebagian besar orang Eropa, termasuk setengah dari para pemilih suara Inggris ingin tetap bersatu dengan Uni Eropa, tidak berpisah,” Tusk mengatakan, “tidak ada alasan untuk berpura-pura bahwa ini adalah sebuah hari yang bahagia, tidak di Brussels maupun di London.”
Namun, ia menegaskan bahwa “Brexit telah membentuk kami, komunitas dari 27 negara, yang lebih bertekad dan lebih bersatu dari sebelumnya.”
Ia mengatakan bahwa ia akan mengumumkan garis pedoman Uni Eropa dalam perundingan Brexit pada hari Jumat dan tujuannya adalah untuk meminimalkan kerugian bagi warga negara, pebisnis dan negara-negara anggota Uni Eropa.
“Kami akan melakukan segalanya dalam kemampuan kami – dan kami memiliki semua alatnya – untuk mencapai tujuan ini dan apa yang harus kita tekankan hari ini adalah bahwa, untuk saat ini, tidak ada yang berubah. Sampai Inggris meninggalkan Uni Eropa, hukum Uni Eropa akan terus berlaku untuk dan di dalam Inggris,” ia mengatakan, menambahkan bahwa akan ada pertemuan puncak pada tanggal 29 April untuk mengadopsi garis pedoman tersebut.
“Apa yang bisa saya tambahkan? Kami sudah merasa kehilangan Inggris,” katanya.
Bertepatan dengan pernyataan Tusk, Dewan Eropa mengeluarkan pernyataan yang menyuarakan “penyesalan” atas surat pemberitahuan Inggris untuk meninggalkan blok tersebut.
“Kami menyesal bahwa Inggris akan meninggalkan Uni Eropa, tapi kami siap untuk proses tersebut yang sekarang harus kami ikuti,” bunyi pernyataan tersebut.
Pada hari Selasa Perdana Menteri Inggris Theresa May menandatangani surat pemberitahuan Pasal 50, sembilan bulan setelah Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa dengan pebedaan tipis dalam referendum bulan Juni.
Dengan mengaktifkan Pasal 50 dari Perjanjian Lisbon, Inggris dan Uni Eropa diperkirakan akan melakukan proses selama dua tahun di mana syarat dari perpisahan tersebut akan dinegosiasikan. Jika kedua pihak setuju untuk tidak memperpanjang wakt negosiasinya, Inggris akan meninggalkan Uni Eropa pada bulan Maret 2019.
Pasal 50 ini mengacu pada prosedur formal di mana sebuah negara anggota Uni Eropa memberitahukan Dewan Eropa bahwa mereka berniat untuk meninggalkan blok tersebut.
Beberapa jam sebelum Theresa May menandatangani surat pemberitahuan tersebut, Menteri Pertama Skotlandia Nicola Sturgeon meraih kemenangan besar pad ahari Selasa dalam permintaannya untuk referendum kemerdekaan Skotlandia baru.
Partai Nasionalis Skotlandia (SNP) miliknya yang berkuasa, didukung oleh Partai Hijau dari Parlemen Skotlandia, mendukung RUU Sturgeon untuk referendum kemerdekaan yang akan berlangsung antara musim gugur 2018 dan musim semi 2019.
Sturgeon ingin rakyat Skotlandia dapat memberikan suara bagi nasib wilayah mereka sendiri sebelum kesepakatan akhir disepakati dalam syarat Brexit antara pemerintah Inggris dan Brussels.
Pemimpin SNP ini menyambut pemilihan suara di Holyrood dari 69-59 yang mendukung RUU-nya. Orang-orang Skotlandia mengadakan referendum kemerdekaan pertama pada tahun 2014, pemungutan suara untuk tetap sebagai bagian dari Inggris.
Theresa May tidak mengesampngkan referendum kedua untuk Skotlandia tetapi bersikeras bahwa ini tidak akan terjadi sampai akhir dari negosiasi Brexit.
Ini akan menempatkan Sturgeon dan SNP dalam jalur yang bertabrakan dengan Westminster.
- Source : katehon.com