www.zejournal.mobi
Rabu, 27 November 2024

Kelompok pemuda Gaza menyoroti bakat Palestina

Penulis : Entsar Abu Jahal - Al-Monitor | Editor : Admin | Jumat, 08 Januari 2016 19:21

Pusat Pelajar Cordoba (Cordoba Students’ Center) memulai sebuah pertemuan baru-baru ini dengan suara-suara dari alat musik dan nyanyian-nyanyian Arab. Para peserta berkumpul di Restoran Cordoba, bagian selatan dari kota Gaza, di mana pertemuan tersebut diadakan pada hari Selsa pertama setiap bulan di sebuah ruangan private. Orisinalitas Arab dan warisan warga Palestina dapat dilihat dalam buku-bukum foto dan dekorasi lainnya di ruangan tersebut.

Pusat ini telah memungkinkan para pelajar muda Gaza untuk memberontak dengan damai bersama-sama terhadap kenyataan pahit hidup mereka di bawah blokade di kota mereka dan terhadap latar belakang dari perpecahan Palestina. Kelompok ini menyelenggarakan festical kesenian, budaya dan musik pertama mereka pada tanggal 5 Desember lalu untuk memberitakan kepada dunia bahwa Gaza memiliki sisi lain yang bersemangat untuk merangkul kehidupan yang layak.

Pusat ini dibuka pada tanggal 1 Juli tahun lalu. Pendirinya, Yousri al-Ghoul mengatakan kepada Al-Monitor, “Pemilik Restoran Cordoba ini datang kepada saya dengan ide untuk mengorganisir kegiatan kebudayaan di restorannya. Ia percaya bahwa memiliki tempat untuk menyelenggarakan acara-acara kesenian dan budaya pemuda sangatlah penting, mengingat kurangnya perhatian dari pemerintah atas aspek ini, karena adanya blokade Israel di Gaza dan perpecahan dalam Palestina.”

Al-Ghoul menambahkan, “Setelah menerima proposal pemilik restoran, saya memutuskan dengan sekelompok pemuda untuk membentuk sebuah kelompok yang mewakili semua spektrum dari rakyat Palestina, untuk memajukan situasi budaya, sastra dan seni di Gaza.”

Ia mengatakan bahwa namanya mengacu pada peradaban, sejarah dan warisan, serta mewakili ambisi kelompok tersebut unutk memperbaharui budaya ini dan menciptakan sebuah komunitas.

Pusat Pelajar Cordoba terdiri dari 20 anggota pemuda yang berpendidikan, termasuk tujuh wanita, berusia antara 20 sampai 35. Ada juga 10 tamu yang diundang atau yang meminta untuk menghadiri pertemuan bulanan yang berkaitan dengan bakat dan minat mereka.

“Gaza dipenuhi dengan pemuda dan pemudi berpendidikan dan kreatif, dan kami tidak dapat membatasi pertemuan tersebut hanya untuk 20 anggota,” kata al-Ghoul. “Inilah mengapa kami mengundang orang-orang baru setiap kali, untuk memungkinkan mereka untuk mengekspresikan bakat dan inovasi mereka serta mendorong mereka untuk membentuk kelompok mereka sendiri yang mirip dengan Pusat Pelajar Cordoba.”

Susunan kegiatan dari kelompok ini meliputi pertunjukan-pertunjukan sastra, puisi, kritik seni, teater, filsafat dan musik selain acara stand-up komedi.

“Pusat Pelajar Cordoba bertujuan untuk menghidupkan kembali dan mempromosikan kesenian, sastra dan warisan Palestina untuk menghadapi Israel dalam cara yang damai dengan menanamkannya dalam musik dan sastra. Kelompok ini berusaha unutk menyampaikan pesan kepada dunia bahwa pemuda Palestina mencari kemartiran dan kematian, tetapi mereka mencintai kehidupan,” kata al-Ghoul.

“Pusat ini bercita-cita untuk membuat sebuah lompatan dalam panggung budaya dan sastra Palestina, dengan mendirikan sebuah lembaga budaya utama yang menerbitkan buku-buku, mengadopsi bakat para pemuda dan membantu perjuangan Palestina.”

Al-Ghoul menjelaskan bahwa kelompok tersebut memutuskan untuk menambah anggotanya dan beranjak dari swasta ke publik. Ia mengatakan bahwa pusat tersebut mulai membuka diri terhadap dampak pada sekitarnya dengan menyelenggarakan acara-acara kebudayaan dan seni yang mencerminkan kenyataan yang berbeda dari anggapan stereotip politik dan partisan yang berlaku.

Acara ini disebut Prova (bahasa Arab untuk “latihan”) dan diadakan pada bulan November lalu di Pusat Bulan Sabit Merah Gaza, setelah kelompok tersebut memperoleh persetujuan dari Kementerian Kebudayaan Dalam Negeri.

“Setelah acara Prova, kami sedang mempersiapkan lebih banyak acara untuk diselenggarakan di masa depan,” tambah al-Ghoul.

Acara Prova ini menampilkan pertunjukan tari tradisional rakyat Palestina (dabke), pertunjukan-pertunjukan rap dan stand-up komedi mengenai kehidupan di Gaza, selain dari pertunjukan musik instrumental dan pembacaan puisi secara live. Acara ini berlangsung selama dua setengah jam.

Al-Ghoul mengatakan jumlah yang hadir sangat tinggi, dengan sekitar 250 orang tiba meskipun lokasi yang kecil dan undangan terbatas, ini menunjukkan kehausan publik akan kebudayaan. Ia mencatat bahwa pusat tersebut berencana akan menyelenggarakan lebih banyak acara lainnya, pada skala yang lebih besar dalam hal peralatan, undangan dan lokasi.

Pusat Pelajar Cordoba ini menolak untuk mengandalkan dukungan dari lembaga-lembaga swasta yang mungkin mencoba untuk memaksakan agenda politik atau ideologi mereka pada kelompok yang menjaga orientasi budaya, opini, ideologi dan kegiatan yang bebas dari pengaruh luar. Pad saat yang sama, al-Ghoul mengatakan bahwa lembaga-lembaga publik belum melangkah bakat para pemuda Palestina.

“Kami tidak dapat mengisi kesenjangan yang diciptakan oleh kelalaian pada budaya dan bakat oleh lembaga-lembaga resmi pemerintahan. Kmai mencoba untuk menanamkan dalam bakat para pemuda jauh dari arena politik.”

Pusat Pelajar Cordoba bergantung pada pendanaan diri sendir atau dari sponsor-sponsor acara mereka. Prova, misalnya, disponsori oleh saluran berita independen al-Ghad dan al-Arabi dan Ain Media. Pusat ini menyelenggarakan Proba untuk mempromosikan para pemuda yang berbakat jelas di masyarakat dan memungkinkan mereka untuk mencari para sponsor.

Pusat ini membantu Nabil Diab, seorang komedian satir yang mengkritik nilai-nilai dan perilaku sosial dengan candaannya. Nama dari kelompoknya adalah Fou Rire, yang berarti “tertawa” dalam bahasa Perancis. Kelompok ini terdiri dari empat anggota, termasuk istrinya.

Diab mengatakan kepada Al-Monitor bahwa Gaza penuh dengan orang-orang yang berbakat yang belum dikenal sebelumnya. Banyak lembaga-lembaga swasta dan pemerintahan gagal untuk mempromosikan bakat para pemuda katanya. Diab mencoba untuk mempromosikan bakatnya dengna memilih lokasi untuk acaranya yang dapat menampung khalayak luas, untuk membuktikan dirinya sendiri dan kemampuannya untuk membuat para penonton tertawa, menekankan bahwa seperti seni lainnya, pertunjukan nya juga membawa pesan yang bermakna.

Sami Abu Watfa, dirjen dari departemen karya sipil Kementerian Kebudayaan Gaza mengatakan kepada Al-Monitor bahwa kementeriannya berfokus pada para pemuda, yang merupakan lebih dari setengah dari masyarakat, dengan mengadakan perlombaan sastra dalam puisi, prosa dan cerita, mengadakan pameran-pameran fotografi dan lukisan serta acara malam kebudayaan dan membuat hubungan-hubungan dengan lembaga lainnya.

Abu Watfa menjelaskan bahwa kementerian baru-baru ini mengumumkan hasil dari kontes “penyair Gaza” – yang sebelumnya direncanakan pada tahun 2014 namun ditunda karena perang Gaza pada tahun tersebut – dan mencetak sebuah kumpulan puisi dari keempat pemenang. Ia mengatakan kementerian juga menyelenggarakan kontes Jerusalem Poetry Award di Gaza dalam dukungannya bagi pemberontakan saat ini di Yerusalem.

Abu Watfa menegaskan bahwa pembatasan-pembatasan Israel yang diberlakukan di Jalur Gaza telah menghambat pekerjaan dari pusat kebudayaan di sana. Pendanaan telah menurun secara signifikan. Ia menekankan bahwa kementerian tersebut menawarkan bantuan karena mampu dan sesuai dengan kebijakan para pemodal.

Menurut Abu Watfa, Pusat Pelajar Cordoba memperoleh ketenaran berkat anggotanya dan hubungan mereka dengan tokoh-tokoh politik, serta tokoh masyarakat lainnya.

Ia menjelaskan bahwa salah satu syarat utama yang diberlakukan oleh Departemen Kebudayaan Gaza pada inisiatif dan kegiatan pemuda adalah untuk menghormati norma-norma dan tradisi masyarakat Palestina. Namun, ia menekankan bahwa kementerian tersebut tidak pernah membatalkan acara kebudayaan apa pun.

Kehidupan, sama seperti kematian, menemukan jalan nya ke Gaza. Para pemuda Palestina terus berusaha untuk mencapai impian mereka dan mengirim pesan kepada dunia bahwa mereka layak mendapatkan kehidupan yang layak.


- Source : www.al-monitor.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar