www.zejournal.mobi
Selasa, 19 November 2024

Netanyahu Adalah Seorang Revisionis Sejarah

Penulis : Gilad Atzmon | Editor : Admin | Kamis, 22 Oktober 2015 05:36


Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memancing sejumlah kritik karena pidatonya yang membakar di mana ia menuduh mufti agung Palestina dari Yerusalem, Haji Amin al-Husayni, atas memberikan “inspirasi Holocaust”. Para kritikus menuduh bahwa Netanyahu meremehkan insiden Holocaust dengan menghubungkan dorongan atas rencana Hitler untuk memusnahkan orang-orang Yahudi dari Eropa kepada sang mufti agung.

Dalam pidatonya, Netanyahu menggambarkan sebuah pertemuan antara Amin al-Husayni dan Hitler pada bulan Novermber 1941. “Hitler tidak ingin memusnahkan orang-orang Yahudi pada saat itu, ia hanya ingin mengusir mereka. Namun Amin al-Husayni datang kepada Hitler dan mengatakan: ‘Jika Anda mengusir mereka, mereka semua akan datang kesini (ke Palestina)’” Hitler kemudian bertanya: “Apa yang harus saya lakukan dengan mereka?” dan mufti agung menjawab: “Bakar mereka.” Netayahu telah memilih untuk tidak mengungkapkan bagaimana ia telah menemukan transkrip percakapan tersebut.

Pergeseran dalam perspektif sejarah Israel yang diterangi oleh Netanyahu tepat pada waktunya dan diterima. Dalam waktu baru-baru ini telah menjadi jelas bahwa warga Palestina tidak mau menerima kehadiran para Zionis ini di tanah mereka lebih lama lagi dan perasaan ini bisa dimengerti karena penjelasan Netanyahu. Waktunya sudah telat bagi orang-orang Yahudi untuk membuat langkah dan menciptakan sebuah tanah perjanjian yang penuh khayalan. Negara Jerman jelas sebagai kandidat yang ideal untuk tanah perjanjian tersebut. Angela Merkel cinta akan imigrasi dan ia mungkin bersedia unttk menerima kehadiran beberapa juta orang Israel untuk menyeimbangkan korban perang Zionis yang melarikan diri ke dalam suaka perlindungan Jerman.

Kota Berlin baru-baru ini telah menjadi Yerusalem baru bagi warga Israel. Ribuan anak muda Israel telah pindah ke Berlin dalam beberapa tahun terakhir dalam gelombang migrasi yang dalam bahasa Ibrani disebut, ‘Olim le-Berlin’ (Naik ke Berlin). Kemarin PM Netanyahu bergabung dengan seruan para pemuda Israel, dan ia akhirnya memberikan pembenaran atas Hitler dan Jerman. Tampaknya bahwa sebenarnya warga Palestina lah yang harus disalahkan atas Shoah (Holocaust). Dalam lingkup kehidupan Ibrani, mereka ingin menjaga persamaannya agar tetap sederhana – korban yang kekal (Yahudi) adalah faktor yang konstan, anti-Semit adalah unsur variabelnya. Para anti Semit terus berubah dan tidak akan pernah berhenti berubah-ubah.

Beberapa sejarawan Israel yang bosan belum bersedia untuk mengikuti pergeseran revisionis Netanyahu. Mereka masih bersikeras bahwa mempertahankan rasa bersalah Jerman sangatlah penting. Profesor Dan Michman, seorang kepala Institut Penelitiann Holocaust di Universitas Bar-Ilan mengatakan, “Sementara Hitler memang pernah menemui sang mufti agung, namun setelah Solusi Akhir nya telah dimulai.” Saya selalu bingung dengan kesarjanaan dan para cendekiawan Yahudi yang selalu bermain-main dengan fakta untuk membuat mereka cocok dan mendukung kepentingan Yahudi yang selalu berubah. Menurut agama para Zionis Holocaust, “Solusi Akhir” tersebut pertama kali disahkan pada Konferensi Wannesee pada bulan Januari 1942. Namun Hitler menemui sang mufti agung pada bulan November 1941.

Atau, coba kita telusuri kedalaman kesarjanaan Israel. Profesor Dina Porat mengatakan kepada situs berita Israel Ynet, bahwa klaim Netanyahu adalah “tidak benar”. Argumennya yang mendalam: “Anda tidak bisa mengatakan bahwa mufti agung lah yang memberikan ide untuk membunuh atau membakar orang-orang Yahudi kepada Hitler. Pertemuan antara mereka berdua terjadi setelah serangkaian acara yang mengarah ke insiden tersebut.” Seperti yang saya tunjukkan di ‘The Wandering Who?’, tidak ada hal seperti itu dalam sejarah Yahudi. Sebaliknya sejarahnya adalah penyembunyian kelembagaan atas rasa malu warga Yahudi yang menghasilkan sesuatu hal yang memiliki rasa malu dan tidak konsisten.

MK Itzik Shmuli telah menyerukan agar Netanyahu meminta maaf kepada para korban Holocaust. “Ini adalah sebuah penghinaan yang besar, seorang perdana menteri negara Yahudi yang mendustakan Holocaust.” Syukurlah, sekarang ini kami telah memiliki sebuah tes lakmus yang efektif bagi para pendusta Holocaust. Jika Netanyahu adalah seorang pendusta Holocaust seperti yang disebut oleh Itzik Shmuli, ia akan segera memberikan dukungannya bagi Jeremy Corbyn dan Partai Buruh revolusioner Inggris.


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar