Israel menghancurkan rumah-rumah militan Palestina di tengah kerusuhan yang tumbuh di Tepi Barat
Sebagai langkah pertama dalam menanggapi kerusuhan Palestina yang bergejolak sejak PM Israel Netanyahu berjanji untuk menerapkan “tangan-tangan yang kuat” dalam menangani krisis-krisis, IDF telah menghancurkan rumah-rumah dari dua warga Palestina yang telah melakukan penyerangan terhadap warga Israel.
Salah satu rumah adalah milik seorang warga Palestina yang menewaskan empat orang dan seorang polisi di sebuah sinanog di Yerusalem tahun lalu. Yang satu lagi adalah milik penyerang yang menabrakkan sebuah buldoser ke jalan raya dan menewaskan satu orang.
Kedua pelaku tersebut tewas setelah serangan. Menghancurkan rumah-rumah pelaku adalah sebuah praktek yang digunakan oleh Israel untuk mencegah serangan-serangan yang sama di kemudian hari.
Tentara Israel juga sedang bersiap untuk menghancurkan rumah seorang penyerang ketiga, yang mencoba untuk membunuh seorang aktivis Yahudi Ortodoks pada tahun 2014.
Koresponden RT, Paula Slier telah mengunjungi salah satu rumah yang dihancurkan di Tepi Barat dan berbicara dengan ayah dari seorang militan Palestina yang tewas.
“Netanyahu terlalu terburu-buru menghancurkan rumah-rumah untuk memenuhi kepuasan para pemukim mereka dan pemerintah sayap kanannya,” katanya.
“Jika Netanyahu bereaksi cepat dan menghancurkan rumah-rumah dengan cepat, orang-orang akan takut hal ini terjadi kepada mereka dan ia akan yakin bahwa ini akan menghentikan pemberontakkan Palestina. Tapi ia salah, karena orang-orang kami tidak akan berhenti memprotes,” tambahnya.
Ketegangan di Tepi Barat memiliki frekuensi yang tinggi sejak hari Kamis lalu, ketika seorang pria Palestina yang bersenjata menewaskan beberapa orang Yahudi di dalam mobil mereka. Selama akhir pekan, dua warga Israel tewas dan tiga terluka dalam dua serangan yang terpisah dalam kasus penusukkan di Kota Tua Yerusalem. Akses ke Kota Tua kemudian dibatasi bagi pria Palestina yang berumur di bawah 50 tahun selama dua hari.
Empat remaja Palestina tewas dalam protes kekerasan yang mengguncang Tepi Barat sejak saat itu.
Komunitas Red Crescent Palestina mengatakan pada ahri Senin bahwa 499 warga Palestina telah terluka dalam bentrokan dengan pasukan IDF Israel dan polisi sejak hari Sabtu lalu.
Pada hari Senin kemarin, 39 terluka ketika sebuah protes pecah antara pemuda Palestina dan IDF di Ramallah yang berubah menjadi kekerasan, menurut media Palestina.
Para pemuda Palestina telah membakar ban-ban, dan juga melemparkan batu serta bom-bom molotov terhadap tentara Israel yang telah menanggapinya dengan gas air mata dan peluru karet.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel berada dalam “pertarungan sampai mati” melawan teror Palestina dan menyerukan langkah-langkah baru yang keras, termasuk penghancuran-penghancuran rumah warga Palestina yang dipercepat, meningkatkan jumlah pasukan keamanan di Yerusalem dan Tepi Barat, serta penggunaan penahanan yang lebih luas tanpa adanya peradilan di pengadilan.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyerukan perlindungan internasional bagi negara Palestina. Ia juga mengatakan bahwa ia sedang berusaha untuk mengendalikan ekskalasi kekerasan pada hari Selasa.
“Kami memberitahu mereka (Israel) bahwa kami tidak menginginkan baik ekskalasi militer atau keamanan,” kata Abbas pada pertemuan Organisasi Pembebasan Palestina, seperti yang dikutip oleh Reuters. “Semua instruksi kami kepada lembaga keamanan kami, faksi-faksi dan remaja kami telah sejak lama tidak menginginkan adanya ekskalasi.”
Husam Zomlot dari Komisi Palestina untuk hubungan internasional menuduh Isreel dan kebijakan-kebijakannya lah yang menyebabkan kerusuhan saat ini. Ia yakin masyarakat intrenasional harus turun tangan untuk membantu menyelesaikan konflik ini.
“Semua ini adalah produk dari pemerintahan Israel yang telah menumbuhkan benih-benih kebencian atas semua ini selama bertahun-tahun,” kata Zomlot.
“Dan orang-orang Palestina telah benar-benar sabar menghadapi dan mengamati semua ini selama bertahun-tahun – kebijakan segregasi mereka dan perebutan tanah,” lanjutnya dan menambahkan, “Satu-satunya solusi adalah intervensi dari masyarakat internasional.”
- Source : www.rt.com