‘Kemenangan Besar?’ Resolusi program nuklir Israel ditolak oleh IAEA
Sebuah resolusi yaang menyerukan pemeriksaan dari situs nuklir Israel telah gugur di Konferensi Umum IAEA, dengan Tel Aviv yang secara intensif memimpin kampanye melawan usulan-usulan negara-negara Arab, dan menyebutkan hasil pemilihan suara tersebut sebagai “Kemenangan Besar” di area internasional. Konferensi Umum Badan Energi Atom Internasional (IAEA) memilih suara 61-43 melawan resolusi tersebut yang diajukan oleh Mesir dan didukung oleh Turki, Suriah, Iran, Libya dan Irak, serta Rusia, Cina dan Afrika Selatan.
Resolusi tersebut menyerukan pengawasan internasional terhadap reaktor nuklir Israel di Dimona yang diduga sedang mengembangkan bahan fisil untuk dan menimbulkan “ancaman permanen bagi perdamaian dan keamanan di kawasan itu”.
Sekutu jangka panjang Israel seperti Amerika Serikat, beberapa anggota Uni Eropa, Australia, Jepang, Korea Selatan dan Kanada menentang gerakan yang menyerukan pemeriksaan nuklir tersebut. Tel Aviv dan negara-negara pro-Israel bekerja tanpa henti dibelakang layar untuk mempengaruhi orang-orang untuk mendukung Israel tentang “kemampuan nuklir Israel” menjelang pemilihan IAEA.
“Saya pribadi berbicara dengan lebih dari 30 presiden, perdana menteri dan menteri luar negeri,” Netanyahu mengungkapkan. “Dalam percakapan kami saya menjelaskan bahwa tidak ada kesempatan untuk berdiskusi mengenai masalah ini sementara masalah utama di Timur Tengah masih berlangsung, yaitu upaya Iran untuk memperoleh senjata-senjata nuklirnya yang jelas untuk menghancurkan Negara Israel.”
Sejak Iran telah menyegel kesepakatan dengan kekuatan dunia transparansi nuklir yang lebih besar, pemilihan suara ini menjadi upaya pertama untuk menekan Israel agar membuat kesepakatan yang sama. Namun, usulan serupa disampaikan hampir disetiap tahunnya dan telah dengan mudah digagalkan.
Pemilihan suara pada Kamis kemarin dielu-elukan oleh kantor Netanyahu sebagai “kemenangan besar bagi Israel di arena internasional”. Memang sebuah kemenangan besar memang, dimana sebuah resolusi yang sama juga ditolak tahun lalu oleh 58 orang memilih dari 45 orang, dengan 27 negara abstain. Tahun ini margin tersebut miring mendukung Israel dan Netanyahu “menyambut” gap tersebut dalam mendukung Israel.
Israel, secara hukum tidak memiliki kemampuan nuklir, tetap menjadi satu-satunya negara Timur Tengah yang berada diluar Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir – sebuah gagasan dimana negara-negara Arab telah coba untuk ubah.
“Rezim Israel ini terus menerus mengembangkan teknologi nuklirnya yang bertentangan dengan norma-norma internasional,” kata utusan Iran terhadap resolusi tersebut, menurut Haaretz. Ia mengatakan bahwa Iran dan negara-negara lain “khawatir tentang konsekuensi negatif” yang dimiliki oleh program nuklir Tel Aviv terhadap Timur Tengah.
Sebelum pemungutan suara utusan Suriah mengatakan bahwa masyarakat internasional harus menuntut Israel untuk “membokar semua persenjataan nuklirnya”.
Israel secara luas diyakini memiliki puluhan senjata nuklir, termasuk hulu ledak termonuklir dalam kisaran megaton. Namun Tel Aviv tidak pernah membenarkan atau membantah memiliki senjata-senjata nuklir tersebut.
- Source : www.rt.com