Pasukan Israel menyerbu halaman Masjid Al-Aqsa di Yerusalem
Puluhan polisi Israel dan tentara melakukan serangan pagi di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. Saksi-saksi mengatakan granat goncangan keras dan gas air mata digunakan dan beberapa warga Palestina cedera. Polisi mengatakan serangan itu adalah bagian dari “operasi keamanan”.
Menurut laporan-laporan terbaru, masjid Al-Aqsa dan lingkungan sekitarnya telah ditutup. Keputusan tersebut disusul oleh benturan sengit antara beberapa pihak dengan polisi Israel.
Selama serangan itu, pasukan Israel mengepung kompleks Masjid, menahan dua penjaga dan masuk melalui Chain Gate. Puluhan jamaah berada di dalam masjid pada saat itu.
Puluhan orang dikeluarkan, International Middle East Media Center melaporkan. Sementara itu, semua laki-laki di bawah usia 50 dicegah memasuki pekarangan masjid, disaat mereka menuju kesana untuk shalat subuh. Warga Palestina menaggapinya dengan melemparkan batu dan kembang api dan bahwa beberapa jamaah juga membarikade diri didalam masjid, Ynetnews.com melaporkan.
Laporan oleh Jerusalem Post menunjukkan serangkaian serangan itu adalah bagian dari operasi keamanan, yang melibatkan razia bahan peledak. Polisi dan pasukan Shin bet sebelumnya menerima informasi dari ancaman keamanan yang muncul dari pihak Muslim. Hal ini menyebabkan pengejaran dalam kota dimana beberapa pemuda Arab bertopeng berlari menuju Masjid Al-Aqsa, memblokir jalan untuk menghambat para polisi Israel.
Bentrokan terjadi hanya beberapa jam sebelum dimulainya Tahun Baru Yahudi (Rosh Hashanah), dengan perayaan yang akan dimulai saat matahari terbenam dan akan berlangsung sampai Selasa malam.
Bom suara dan gas dapat didengar, menurut para saksi mata. Para pria bertopeng yang menjadi target pasukan Israel dilaporkan berada diantara jamaah yang terlibat bentrokan dengan polisi.
Al-Aqsa dianggap sebagai tempat tersuci ketiga untuk beribadah bagi umat Islam, dengan penduduk setempat yang bersikap keras terhadap orang-orang Yahudi ketika mereka berdoa dekat Noble Sanctuary, dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount. Tempat ini, bagaimanapun juga dianggap suci oleh orang-orang Yahudi, yang membuat kedua kelompok agama ini saling bentrok.
Ketegangan meningkat selama berbulan-bulan di Masjid Al-Aqsa di Old Jerusalem, yang diduduki oleh Israel sejak tahun 1967. Bentrokan-bentrokan terjadi pada bulan Juli, disaat warga Palestina melemparkan batu pada orang-orang Yahudi yang mencoba untuk mengunjungi tempat ini pada salah satu hari raya paling penting mereka, Tisha B’Av.
Setelah perang 1967 ketika Israel merebut Yerusalem Timur, orang-orang Yahudi dilarang berdoa untuk berdoa di pekarangan Masjid Al-Aqsa. Hari ini, para ultranasionalis Yahudi mendorong pemerintah Israel untuk memungkinkan orang-orang Yahudi berdoa di komplek luar Masjid Al-Aqsa, yang berdiri diatas Tembok Barat suatu hal yang mengganggu warga Muslim di Yerusalem.
Sayap kanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sering dituduh mendukung kelompok ultranasionalis Yahudi. Dari sisi Muslim, bagaimanapun adalah Murabitat dan Murabitun dimana wanita dan para kelompok pria, diterjemahkan sebagai “panjaga”. Mereka memonitor orang-orang Yahudi yang diizinkan dibawah penjagaan polisi untuk mengunjungi situs suci tersebut lima hari dalam seminggu. Mereka melemparkan ejekan mereka dan sering melemparkan batu.
Israel menganggap dua kelompok agama tersebut lah yang menjadi penyebab utama dari ketegangan di tempat ini, karena tempat ini suci bagi kedua agama. Kelompok-kelompok Muslim yang dimusuhi dengan alasan “keamanan”, telah menuduh Israel yang mencoba untuk mengubah situasi dan membiarkan orang-orang Yahudi memperluas hak nya atas tempat suci tersebut.
- Source : www.rt.com