Kematian ‘mengejutkan’ dari 30 ikan paus di Alaska dapat dikaitkan dengan racun yang menyebar menurut para ilmuwan
Kematian 30 ikan paus di lepas pantai Alaska mungkin terkait dengan pertumbuhan cepat dari fitoplankton beracun di lingkungan laut lokal yang dapat melumpuhkan dan membunuh, seorang ilmuwan dari Universitas Alaska mengatakan.
Sementara penyelidikan federal telah dibuka pada kasus kematian misterius bagi mamalia raksasa ini – sebuah situasi yang telah dianggap sebagai peristiwa kematian yang tidak biasa – salah satu teori terkemuka adalah perkembangan alga dapat menjadi penyebabnya, karena alga-alga ini telah menjadi penyebab dari beberapa kasus yang mirip di masa lalu.
“Proses pemekaran fitoplankton lah yang menyebarkan racun.” Dr. Bree Witteveen, spesialis mamalia laut di Universitas Alaska mengatakan. “Mereka terakumulasikan dalam berbagai mangsa dan bergerak keatas rantai makanan, dan dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian.”
Ia menambahkan bahwa paus-paus tersebut tidak berlabuh ke pantai dengan sendirinya, tetapi mati di lautan dan terdampar. Tidaklah mengejutkan bagi paus untuk mati dan terdampar, tetapi jumlah kasus yang tercatat tahun ini tidaklah seperti biasanya.
“Kami selalun melihat beberapa bangkai setiap musim panas, dan ini menyedihkan, tetapi ketika Anda melihat begitu banyak hewan mati dalam periode waktu yang singkat itu cukup mengejutkan dan memfrustasikan karena kita tidak bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari apa yang telah terjadi,” kata Witteveen.
Para ilmuwan sedang berusaha untuk mengakses dan memeriksa bangkai-bangkai ikan paus, meskipun untuk mendapatkan bangkai-bangkai tersebut merupakan sebuah tantangan karena lokasi dimana mereka berada. Pantai-pantai di Alaska bahaya untuk didatangi karena berbatu dan membutuhkan tenaga kerja tambahan dan dana untuk ditelusuri.
Sejak bulan Mei, 11 paus sirip, 14 paus bungkuk, dan satu paus abu-abu serta empat mamalia laut tak dikenal telah ditemukan di sekitar pulau-pulau di bagian barat Teluk Alaska dan sepanjang garis pantai selatan Semenanjung Alaska. Kematian-kematian tersebut menunjukkan peningkatan tiga kali lipat dari jumlah normal di daerah tersebut., menurut NOAA (Administrasi Atmosfer dan Kelautan Nasional).
Dengan berujuk pada terdamparnya hewan-hewan mamalia di pantai sebagai peristiwa kematian yang tidak biasa, NOAA akan dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga federal, negara bagian, lokal dan kesukuan dalam membentuk penyelidikan ilmiah pada penyebab kematian-kematian tersebut. Pemerintah AS mendefinisikan “kasus kematian-kematian yang tak wajar” tersebut sebagai efek berantai yang memiliki dampak besar bagi populasi ikan paus secara keseluruhan dan membutuhkan tindakan cepat.
“Ilmuwan perikanan NOAA dan rekan-rekan sangat prihatin tentang banyaknya ikan paus yang terdampar di Teluk Alaska barat dalam beberapa bulan terakhir.” Dr. Teri Rowles, dari divisi Kesehatan Mamalia Laut dan Koordinator Hewan Terdampar NOAA mengatakan dalam sebuah pernyataan.
“Untuk saat ini kami belum mengetahui penyebab terdamparnya paus-paus ini, penyelidikan kami akan memberikan informasi penting tentang kesehatan dan ekosistem dimana mereka tinggal. Anggota masyarakat dapat sangat membantu penyelidikan dengan segera melaporkan setiap penampakkan paus yang mati atau hewan-hewan hidup lainnya yang menderita.”
Penyelidikan pertama akan mencoba untuk menentukan penyebab kematian bagi 30 paus yang kemarin ditemukan. Pemeriksaan ilmiah alam ini akan memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun kata NOAA. Lembaga tersebut menyatakan akan memposting penemuan-penemuannya terhadap kematian-kematian yang tidak biasa di website nya.
Kematian paus-paus tersebut disebut sebagai kematian yang tidak biasa oleh para analis Workiing Group on Marine Mammal Unusual Mortality, didirikan pada tahun 1991, dan telah menemukan 61 kasus srupa dimana 29 kasusnya telah dipecahkan. Penyebab-penyebabnya termasuk infeksi, biotoxin, interaksi dengan manusia dan kekurangan gizi.
Peristiwa kematian tidak biasa yang baru-baru ini terjadi melibatkan 60 lumba-lumba yang ditemukan mati pada tahun 2013 di sekitar wilayah Samudera Atlantik Tengah. Pada tahun yang sama, 59 lumba-lumba juga mati di pantai timur Florida. Penyebab peristiwa tersebut belum dapat dipastikan.
“Memahami dan menyelidiki kematian tidak wajar dari para mamalia laut ini sangatlah penting karena mereka dapat berfungsi sebagai indikator kesehatan laut, memberikan wawasan atas isu-isu lingkungan yang lebih besar yang juga mungkin memiliki implikasi bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia,” menurut NOAA.
- Source : www.rt.com