Banyaklah Berdoa Warga Jakarta: Nggak Ada Anggaran untuk Program Sumur Resapan 2022
Memasuki tahun kelima kepemimpinan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta, tampaknya nggak pernah jauh dari masalah, juga program unggulan yang setelah coba dijalankan malah menimbulkan masalah, masalah, masalah, dan masalah baru.
Sengaja saya ulangi kata "masalah" empat kali karena memang masalah di Jakarta sejak pemenang Pilkada 2017 hasil pilihan 58 persen warga pencoblos kertas suara bergambar Anies-Sandiaga seakan beranak-pinak, juga sudah membuat beberapa kepala dinas, pimpinan proyek, atau yang sejenisnya memilih mengundurkan diri karena nggak kuat dikasih tugas yang tampaknya cukup banyak masalah.
Belakangan ini, selain Formula E, masalah banjir dan sumur resapan menjadi perbincangan hangat netizen, bahkan saya yakin masyarakat juga mengeluhkan di dunia nyata.
Sebelum diprotes oleh beberapa dokter alumnus UI soal potensi sumur resapan menjadi semacam "tempat ternak nyamuk" jika tidak dibereskan segera, publik juga ramai membahas soal fungsi sumur resapan yang dianggap gagal menyerap genangan air, posisi sumur resapan yang dianggap mengganggu kenyamanan dan bisa membahayakan keselamatan, hingga kualitas sumur resapan yang diduga tidak memakai bahan terbaik.
Kalau kabar yang bikin khawatir itu belum cukup, ada tambahan kabar seru datang dari pengakuan Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Ida Mahmudah, yang mengatakan bahwa anggaran untuk program sumur resapan dihapus, saudara-saudara!
Yap, seperti dilansir dari laman CNN Indonesia*, kabarnya dalam APBD DKI Jakarta 2022 anggaran sumur resapan yang sempat ada, kini dinolkan karena mau dialihkan untuk membayar gaji penyedia jasa lainnya perorangan (PJLP).
Saya sendiri belum paham persisnya untuk kegiatan atau program apa saja gaji PJLP itu, yang katanya para personelnya kekurangan anggaran untuk gaji seiring naiknya UMP 2022 sebesar Rp. 37.000, tapi dari pemberitaan yang sama saya mendapat alur soal anggaran sumur resapan itu begini:
(1) Awalnya ada anggaran untuk program sumur resapan sekitar Rp 300 miliar.
(2) Pada rapat komisi, anggaran itu lantas dipangkas menjadi sekitar Rp120 miliar
(3) Akhirnya, dalam rapat badan anggaran (Banggar), entah gimana anggaran itu disepakati untuk dinolkan.
Kabar ini bukan isapan jempol, tetapi yang jelas sungguh memupuskan harapan bagi warga Jakarta bahwa program yang bermasalah dan jelas butuh banyak duit untuk dimaksimalkan jumlahnya, trus sumur-sumur yang kabarnya rusak perlu diperbaiki ... praktis akan terbengkalai pada tahun 2022 nanti.
Sementara, akhir tahun kira-kira tinggal 29 hari lagi dan kita ragu Pemprov DKO Jakarta masih punya cukup anggaran, sekalipun hanya untuk kejar target pembuatan sumur sampai akhir 2021, yakni sebanyak 26.000-an sumur dari yang sekarang mencapai 19.000-an, seperti kata Ahmad Riza Patria, Wagub DKI Jakarta belum lama ini.
Eh, pada yakin kalau dihitung sumurnya sebanyak itu? Kalau saya sih kok kurang yakin yah. Apalagi selama ini sering ada cerita soal kelebihan bayar, jadi mungkin saja soal jumlah sumur ini kelebihan hitung juga. Hehehe...
Daaan ... rasanya sudah menjadi rahasia umum bahwa program kerja yang hanya berfokus kejar target (juga supaya anggaran terserap) biasanya layak diragukan kualitasnya. Lihat saja contoh sumur-sumur yang selesai dibangun itu, yang dalam hitungan satu-dua bulan sudah mulai ambyar meski musim penghujan masih tahap awal.
Bagaimana kira-kira kalau sudah masuk puncak musim penghujan? Saya khawatir keberadaan sumur-sumur resapan itu bukan hanya nggak berguna, melainkan juga membahayakan pengguna jalan karena mulai rusak atau malah hancur.
Sementara, dengan nol anggaran tadi, jelas pembiayaan untuk perbaikan sumur hanya menjadi impian belaka, karena tak mungkin kan mendadak bagian keuangan Pemprov DKI Jakarta mendadak mencaplok pos anggaran lain untuk dipakai program sumur resapan?
Jadi, kecuali nanti mendadak pihak-pihak penentu anggaran itu insyaf dan memasukkan kembali anggaran untuk program sumur resapan, rasanya warga Jakarta perlu banyak berdoa supaya sumur-sumur yang sedianya diharapkan bisa mengurangi genangan di jalanan seantero Jakarta, tidak berubah menjadi malapetaka karena mengalami kerusakan dan tidak tersedia anggaran untuk perbaikan.
Waaah, kalian warga Jakarta yang tabah menghadapi ujian kesabaran yang masih akan berlangsung sebelas bulan lagi, sampai duo Anies-Ariza selesai menjabat sebagai DKI-1 dan DKI-2 yah.
Penduduk Jakarta memang sudah melakukan kesalahan fatal sejak 58 persen surat suara "berpihak" pada Anies-Sandiaga karena mereka terbuai oleh perkataan dan janji manis calon pemimpin yang kini memperburuk citra hingga jalanan di Jakarta.
- Source : seword.com