Fakta Dibalik Penghianatan Edhy Prabowo Terhadap Tuannya
Tidak terhitung sudah berapa banyak waktu, uang, tenaga dan pikiran yang dihabiskan oleh Prabowo untuk membangun partai kesayangannya, Gerindra.
Partai ini dibentuk pada tahun 2008 silam. Dan semenjak itu pula Prabowo berjuang tanpa kenal lelah membesarkan partai itu.
Perjuangan mantan Danjen Kopassus tersebut pun sudah kelihatan hasilnya. Partai Gerindra yang dulunya kecil, dalam waktu sekejap berubah menjadi partai raksasa.
Terbukti dari Pemilu 2009, satu tahun setelah partai itu didirikan, hingga sekarang perolehan suara Partai Gerindra terus meningkat secara drastis.
Pada Pemilu 2009 Gerindra berada di urutan ke-8, perolehan suara terbanyak nasional. Nah, pada Pemilu berikutnya (2014) sudah berada di peringkat ke-3. Di atas PAN, PKB dan PKS yang sama-sama berdiri pada tahun 1998, serta Partai demokrat yang berdiri pada tahun 2001.
Kemudian di Pemilu 2019 lalu, Gerindra berada di posisi kedua, setingkat di bawah partai pemenang, PDIP. Serta berhasil mengalahkan partai besar yang didirikan oleh mantan mertua Prabowo sendiri, yakni Golkar.
Artinya apa? Kalau Gerindra konsisten saja dengan pencapaiannya itu, peluangnya untuk menjadi partai pemenang semakin terbuka lebar.
Apa lagi lawan kuatnya selama ini, Jokowi sudah tidak bisa mencalonkan diri lagi sebagai presiden. Tambah besarlah kans Prabowo untuk menduduki kursi RI-1 tersebut.
Selain itu, selama ini Gerindra juga dikenal sebagai partai yang cukup bersih. Nyaris tidak ada pengurus pusatnya yang tersandung kasus korupsi. Beda dengan Partai Demokrat misalnya, yang hampir semua pengurusnya masuk penjara lantaran nilep duit rakyat.
Hanya M. Sanusi saja yang pada 2016 lalu tersandung kasus korupsi. Dan itu tidak terlalu berpengaruh terhadap Partai Gerindra, karena adik kandung M. Taufik itu hanya pengurus di tingkat daerah.
Bahkan, karena begitu yakinnya Gerindra bersih dari korupsi, Prabowo kala itu sampai berjanji akan memasukkan sendiri kader partainya yang melakukan perbuatan tercelah tersebut.
“Kalau ada kader Gerindra korupsi, saya masukkan ke penjara sendiri” ujar Prabowo kala itu dengan nada berapi-api.
Eh, ketika momentum sudah didapat. Do’i sudah menjabat sebagai Menteri Pertahanan sebagai batu loncatan untuk nyapres. Lawan terkuat, Jokowi sudah tidak bisa maju lagi di Pilpres. Tiba-tiba salah satu orang kepercayaannya, yang juga pernah jadi anak asuhnya, Edhy Prabowo melakukan tindak pidana korupsi.
Tidak pelak, bak disambar petir di siang bolong perasaan Prabowo kala itu, ketika tahu kalau dia dikhianati oleh orang yang selama ini bertahun-tahun dibesarkannya.
Kita tahu sendiri bagaimana kisah keduanya, antara Prabowo dan Edhy Prabowo ini.
Si Edhy awalnya dipecat dari Akmil di Magelang, Jawa Tengah.
Setelah itu, ia memutuskan untuk hijrah ke jakarta. Hingga diperkenalkan dengan Prabowo.
Mungkin karena merasa kasihan, Prabowo pun akhirnya menampungnya.
Tidak hanya diberi makan oleh Om Prab, tapi si Edhy ini juga dikuliahkannya di Universitas Moestopo.
Kemudian, saat Prabowo hijrah ke Yordania, Edhy juga diajaknya ikut dan diangkat menjadi tangan kanannya.
Pasca mantan Danjen Kopassus itu mendirikan Gerindra, si eks Menteri KKP tersebut juga diangkatnya menjadi kader partai berlambang burung Garuda itu. Dan diberinya kesempatan untuk mencalonkan diri sebagai anggota DPR-RI dapil Sumsel II.
Hingga terpilih jadi anggota dewan.
Di dewan si Edhy ini juga diberi keistimewaan lho oleh Prabowo. Ia pernah ditunjuk sebagai Ketua Fraksi Partai Gerindra di DPR periode 2019-2024.
Sebelumnya, ia juga dipercaya menduduki jabatan sebagai Ketua Komisi IV DPR-RI.
Di Gerindra, ia diberi amanah memegang jabatan sebagai Waketum Bidang Keuangan dan Pembangunan Nasional.
Dan puncaknya, kepercayaan Prabowo terhadap Edhy ketika ia ditunjuk menjadi Menteri KKP oleh Presiden Jokowi atas seizin kakak kandung Hashim Djojohadikusumo tersebut.
Padahal kader Gerindra itu banyak lho yang potensial untuk menjadi menteri, seperti Ahmad Muzani, Sandiaga Uno, Ferry Juliantono, Dahnil Anzar Simanjuntak, dll. Pertanyaannya, kenapa Edhy yang justru dipilih?
Inilah bukti kalau Ketua Umum Partai Gerindra itu percaya 100 persen kedapa Edhy.
Eh, tiba-tiba saja dia dikhianati.
Ini ibarat ada orang tua yang memungut bayi di kotak sampah. Kemudian si bayi itu dibesarkannya. Kebutuhan gizi, pakaian, rumah dan pendidikannya dipenuhi dengan baik. Dan ketika ia sudah dewasa diberi jabatan yang mentereng, yakni setingkat di bawah Presiden.
Eh ketika dia sudah besar, bukannya berterima kasih kepada keluarga yang telah membesarkannya tersebut, malah menusuk si tuan dari belakang pakek keris empu gandring.
Siapa coba yang gak akan sakit hatinya dibuat begitu?
Semut pun akan marah jika diperlakukan seperti Prabowo tersebut.
Itu sudah seperti "air susu dibalas dengan air tuba" saja, alias semua kebaikan Prabowo selama ini ternyata disalahgunakan oleh Edhy demi untuk meraup keuntungan pribadi.
Prabowo juga manusia, sehingga wajar kalau dia marah besar kepada mantan tukang pijitnya itu.
Sampai-sampai do’i mengatakan “I pickked him up from the gutter, and this is what he does to me" (Saya menolongnya dari kesulitan dan sekarang ini yang dia lakukan kepada saya)
Kemudian Hashim Djojohadikusumo juga mengatakan hal yang sama:
"Pak Prabowo sangat marah, sangat kecewa. Merasa dikhianati. Terus terang, dia bilang ke saya dalam bahasa Inggris karena kami sudah 66 tahun pakai Bahasa Inggris. Prabowo sangat kecewa dengan anak yang dia angkat dari selokan 25 tahun lalu, kok dia berlaku seperti ini," (4/12).
Inilah yang disebut dengan "gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga". Gara-gara Edhy Prabowo korupsi, masa depan Gerindra dan Prabowo hancur berantakan...............
Sekali lagi, Prabowo memang pantas untuk marah.
Dan mudah-mudahan Fadli Zon bisa mendinginkan suasana hati bosnya yang lagi tegang itu.
- Source : seword.com