Hadiri Pertemuan DK PBB, Abbas Mendesak Seluruh Hadirin Untuk Menolak Kesepakatan Perdamaian Trump
Di hadapan Dewan Keamanan PBB (DK PBB), Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengkritik kesepakatan perdamaian buatan pemerintah Trump yang dirancang untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Dalam kesempatan itu, sang presiden mendesak DK PBB untuk degan tegas menolak kesepakatannya.
Pertemuan DK PBB digelar di New York hari Selasa khusus untuk mendiskusikan konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel, serta kesepakatan perdamaian yang pada akhir Januari lalu dirilis Presiden AS Donlad Trump dan Perdana Menteri Israael Benjamin Netanyahu.
Berbicara dihadapan hadirin yang hadir, Abbas sekali lagi menolak kesepakatan perdamaiannya, menyebut kesepakatan itu layaknya hadiah bagi Israel.
“Kesepakatan itu tidak bisa dijadikan bahan pertimbangan internasional untuk negosiasi. Kesepakatan ini sengaja dibuat Amerika-Israel untuk membungkam Palestina,” Abbas mengatakan.
Trump Middle East peace plan looks like 'Swiss cheese' - #Abbas tells #UNSC pic.twitter.com/mDfMEvFg7V
— RT (@RT_com) February 11, 2020
Abbas kemudian menunjukkan peta negara Palestina “merdeka” usulan Trump, mengatakan bahwa Trump sengaja menetapkan wilayah Palestina berupa daerah kantong yang dikelilingi wilayah Israel untuk mensahkan pemukiman ilegal Israel sekaligus memperkuat keberadaan rezim apartheid.
Negara semacam ini tidak akan memiliki kedaulatan nyata dan tidak akan memiliki banyak kendali atas “tanah, laut dan udaranya,” Abbas menegaskan.
“Inilah rencana yang mereka suguhkan pada kami. Lebih terlihat seperti keju Swiss.”
Sang presiden Palestina juga meminta DK PBB untuk mengadakan konferensi internasional yang membahas rekonsiliasi Israel-Palestina. Abbas menekankan bahwa AS tidak bisa menjadi satu-satunya mediator dalam konflik ini.
“Palestina mencari perdamaian,” ujarnya, dan “perdamaian ini masih bisa dicapai, namun harus didasari kerja sama dengan Israel, bukan malah didasari rencana buatan pihak asing”.
“Jika Anda memaksakan perdamaian, hal ini tidak akan berlangsung lama, tidak akan bertahan,” ujar Abbas. “Lagipula apa yang membuat Anda berpikir kalau Anda berhak mencaplok seluruh wilayah ini?”
‘These are our #land…What gives you the right to #annex these lands? You will destroy every opportunity for #peace’ - Mahmoud #Abbas at #UNSC #MiddleEast peace plan meeting pic.twitter.com/JkFHYMhunl
— RT (@RT_com) February 11, 2020
Berbicara setelah Abbas, duta besar Israel untuk PBB Danny Danon bersikeras bahwa negaranya juga tengah mengupayakan perdamaian dan seperti Palestina siap untuk menggelar “pembicaraan”, sebelum akhirnya menyalahkan Abbas atas lambatnya progress pembuatan kesepakatan perdamaiannya.
Sang presiden Palestina disebut Danon tidak bisa dijadikan “mitra” perdamaian, dan proses perdamaian yang mandek ini baru bisa dilanjutkan ketika ia mengundurkan diri dari jabatannya.
Untuk diketahui, menyiapkan rencana untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan antara Israel-Palestina telah berulang kali dijanjikan Trump sejak dirinya menjabat sebagai Presiden AS di tahun 2016 silam.
Dan setelah penantian panjang, peta perbatasan wilayah buatan Trump diungkapkan ke publik pada tanggal 28 Januari lalu. Sayangnya, peta ini terlalu memihak pada Israel dan berbuntut pada penolakan keras dari pihak Palestina.
Kesepakatan perdamaian Trump yang mencakup peta perbatasan wilayah Israel-Palestina, menjanjikan keberadaan negara Palestina merdeka dengan wilayah berupa sejumlah daerah kantong dengan ibukota di pinggiran Yerusalem Timur.
Kesepakatan ini juga mengabaikan hak pengungsi Palestina yang ingin kembali ke tanahnya sambil tetap mempertahankan keberadaan pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat.
Tak ayal, perilisian kesepakatan perdamaian ini langsung menuai kemarahan rakyat Palestina yang berujung pada serangkaian protes dan aksi kekerasan di negara tersebut.
- Source : www.rt.com