Desember 2018 : Cukup 10-12 Jam Jakarta-Surabaya Lewat Tol Trans Jawa, Bravo!
Anda pernah menempuh perjalanan darat dari Surabaya ke Jakarta? Entah itu dengan mobil pribadi ataupun bus. Atau mungkin bagi mereka yang bekerja sebagai sopir truk atau pegawai ekspedisi, mungkin ini juga salah satu jalur krusial.
Beberapa tahun lalu saya pernah naik bus dari Surabaya ke Jakarta. Saat itu saya ingat kalau ditawari dua macam tiket. Berangkat jam 2 siang dari Surabaya, sampai Jakarta sekitar jam 8-9 pagi. Atau naik yang jam 4 sore, sampai Jakarta estimasinya sih jam 8-9 juga, tapi dengan catatan kalau jalannya nggak macet. Ya, sebab pada saat mulai memasuki wilayah sekitaran Jakarta pasti sudah pagi dan jalanan sudah macet.
Desember 2018 ini direncanakan seluruh ruas tol Trans Jawa dari Surabaya ke Jakarta akan bisa terkoneksi. Estimasinya waktu perjalanan akan cukup 8 jam saja, bayangkan! Artinya kalau saya jalan kecepatan 100 km/jam, tol lancar, dan nggak berhenti maka andai saya berangkat pukul 4 sore, jam 12 malam sudah sampai di Jakarta! Hemat waktu sekali kan? Hemat 8 jam bahkan mungkin lebih. Alias ada efisiensi waktu 50 persen.
Tapi tentu 8 jam ini terlalu idealis dan malah nggak disarankan. Yang betul itu tiap dua jam sekali berkendara baiknya berhenti sejenak. Belum lagi kalau kebelet buang air, lapar, sholat, ngantuk dan sebagainya. Tol yang lurus, lempeng, lancar tentu jadi godaan dan ada bahaya sendiri buat para pengendara yang melintas. Makanya disarankan istirahat sehingga estimasi waktu tempuh diperkirakan 10-12 jam. Kalau kita berangkat jam 4 sore dari Surabaya, maka jam2 dini hari sudah sampai ke Jakarta. Mentok Subuh sudah tiba. Lumayan banget kan hemat waktu 4-5 jam bahkan lebih.
Itu tadi baru darin efisiensi waktu. Kalau mau dirunut lebih dalam, efeknya akan luar biasa. Pertama soal distribusi barang. Misal ada orang Jawa Timur yang mau jualan hasil panen atau melautnya ke Jakarta, sebentar lagi tak perlu takut barangnya kelamaan di jalan kemudian keburu busuk duluan. Dia bisa mengirimkan sebelum Ashar dan sebelum dini hari sudah akan tiba di Jakarta. Tak hanya di Jakarta saja, nantinya pun bisa jadi didistribusikan ke daerah-daerah lain. Mau itu beras, telur, daging, ikan, ayam, sayur, buah, apapun bisa tiba lebih cepat.
Kemudahan distribusi logistik dan ekspedisi akan membantu terjaganya pemenuhan kebutuhan akan suatu barang di pasar. Kalau supplynya stabil, maka harganya pun juga akan stabil, Selain itu tentu saja produsen jadi punya banyak pilihan untuk membuang barangnya ke pasar. Produsen dari Jawa Barat mungkin nanti nggak akan hanya kirim produknya ke Jabar dan DKI Jakarta saja, bisa jadi dia akan berani mencoba ke Jateng, Jatim, bahkan Bali. Atau mungkin nanti kalau Tol Trans Sumatra sudah beres semua juga mereka berani lempar produksinya ke kota-kota di Sumatera. Begitu juga sebaliknya.
Ketika logistik terus bergerak, ekonomi berputar. Banyak lapangan pekerjaan dan sumber rejeki baru tercipta. Tinggal sekarang manusianya mau gesit ikut mencuri kue tersebut atau memilih hanya mengeluh karena semua orang dia lihat semakin makmur dan cuma dirinya saja yang tiada berpunya? Memang, dengan adanya tol ini akan jadi 'cobaan' buat beberapa pihak misalnya warung-warung yang biasanya disinggahi para sopir truk Pantura. Mungkin truknya akan memilih lewat tol, sehingga nggak bisa mampir. Tapi di sisi lain, orang juga akan banyak yang berani mobile ke daerah, membuka usaha, jalan-jalan, dan sebagainya sejak aksesnya mudah. Dan mereka ini akan jadi konsumen potensial pengganti mereka yang hilang.
Saya sih termasuk yang lega. Mobilitas manusia dan barang akan jadi jauh lebih mudah dengan tol Trans Jawa. Sektor transportasi juga lebih kompetitif. Bisa jadi naik bus akan terasa lebih cepat daripada naik kereta. Kecuali kalau nanti kereta super cepatnya nanti sudah jadi maka akan timbul kondisi baru. Yang jadi pertanyaan saya, lha ya ini bisa lho rampung secepat ini. Lha penguasa dulu-dulu berkuasa lama ngapain aja?
- Source : seword.com