Trump dan Netanyahu mendiskusikan masalah Palestina dalam sebuah pertemuan di Gedung Putih selama ’15 menit’
Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghabiskan waktu hanya selama 15 menit mendiskusikan masalah Palestina dalam pertemuan yang digelar di Gedung Putih. Pertanyaan yang selalu diperdebatkan mengenai masalah pemukiman tidak dibahas sama sekali.
“Kami juga membahas tentang Suriah, Irak dan rakyat Palestina. Sebagian besar waktunya digunakan untuk membahas masalah Iran, bahkan lebih, dan sisanya ya semua isu ini. Kami berbincang membahas masalah Palestina ini tak lebih dari 15 menit,” Di hari Selasa, Netanyahu mengatakan pada para jurnalis mengenai percakapannya yang berlangsung selama dua setengah jam dengan Trump tepat sehari sebelumnya. Netanyahu juga mengatakan kalau “masalah evakuasi pemukiman tidak dibahas sama sekali” dalam pertemuan antar kedua pihak ini. Kemarahan atas masalah sengketa pemukiman yang telah berlangsung sekian dasawarsa menjadi semakin memanas pada bulan Februari ini dengan diselenggarakannya pengadilan terhadap seorang aktivis warga Palestina yang berusia 16 tahun, Ahed Tamimi, yang telah melakukan protes menentang penjajahan warga Israel.
Remaja tersebut, yang telah menjadi gambaran bentuk perlawanan rakyat Palestina, dituntut atas tindak penyerangan, usai dirinya menyerang dua orang tentara Israel di wilayah Tepi Barat pada bulan Desember 2017 lalu. Sebelum kejadian itu, saudara Tamimi terluka parah akibat ditembak dengan sebuah peluru karet oleh seorang tentara Israel.
Israel terus menerima kecaman dunia internasional karena mengadili seorang anak remaja. Lembaga HAM NGO menyebut penahanan pra pengadilan Tamimi sebagai sebuah pelanggaran hukum internasional yang sesungguhnya tak diperlikan.”
Netanyahu juga memberitahukan kalau dirinya belum meninjau kembali proposal perdamaian milik pemerintah Trump dan tidak dapat mengonfirmasi kebenarannya. “Kami tidak melihat rancangan rencana perdamaian milik AS. Saya tak bisa mengatakan atas nama mereka, apakah rencana tersebut memang benar ada atau tidak. Mereka yang akan memutuskan kapan mengeluarkannya,” ujarnya.
Dalam uraian singkatnya Netanyahu mempertahankan sikapnya kalau Israel tak ingin menguasai Palestina secara langsung. “Saya katakan kalau kami tak memiliki keinginan untuk mengendalikan seluruh rakyat Palestina, namun kami hanya ingin melindungi diri kami sendiri,” katanya. “Hal yang terpenting adalah kendali keamanan di wilayah barat Sungai Yordania tetap berada di tangan kami, dan kami pikir tak ada pihak lain yang mampu mengemban tanggung jawab itu.”
Pertemuan yang digelar antara Netanyahu dan Trump tersebut merupakan yang ke lima dalam satu tahun terakhir ini.
Netanyahu juga membicarakan kebijakan konferensi Komite Tahunan Urusan Publik Israel-Amerika (AIPAC) yang digelar pada hari Selasa di Washington D.C., utamanya membahas mengenai cara menghentikan Iran yang kemudian disambut dengan tepuk tangan.
Sementara itu, para pendemo pro Palestina telah berkumpul di luar tempat diselenggarakannya konferensi AIPAC, menentang penjajahan Israel maupun keputusan Trump yang ingin memindahkan kedutaan besar AS yang ada di Israel ke Yerusalem.
— Alex Rubinstein (@RealAlexRubi) March 3, 2018
ANSWER Coalition, CODEPINK, and Jewish group Neturei Karta have the barriers outside #AIPAC covered with all these banners. pic.twitter.com/759I7tcdkl
— Alejandro Alvarez (@aletweetsnews) March 4, 2018
RT freegazaorg "RT aletweetsnews: It’s day one of #AIPAC and pro-Palestine groups are marching on the convention center against a lobby they see as “simply evil.”
— Richard Hardigan (@RichardHardigan) March 5, 2018
Updates in this thread. pic.twitter.com/8bk2jjchX2"
Berbicara pada RT di bulan Januari, ayah Ahed, Bassem Tamimi, mengatakan “Tak ada yang lebih provokatif dibanding penjajahan Israel terhadap Palestina, jadi reaksi yang wajar menanggapi hal ini dengan cara menolaknya.”
- Source : www.rt.com