Kehancuran antibiotik: Waspada ‘kembalinya jaman kegelapan’ dikarenakan para pasien membuat permintaan ceroboh pada para dokter
Obat antibiotik memiliki sifat perlawanan pada berbagai penyakit mematikan dalam sebuah tren mengerikan yang dapat memercikkan kehancuran pasca antibiotic, para ilmuwan terkemuka memperingatkan.
Profesor Dame Sally Davies, Kepala Pegawai Medis Inggris telah mendesak para pasien di Inggris untuk berhenti meminta perawatan dengan menggunakan antibiotik, atau mereka bisa mengutuk planet ini menjadi masa kematian yang disebabkan oleh penyakit yang harusnya bisa dicegah.
Menulis untuk Huffington Post, sang profesor mengungkap ketakutan yang semakin meluas terhadap berbagai penyakit baru yang kebal terhadap obat-obatan.
Sang profesor mengatakan jika berbagai penyakit terus bermunculan dan daya tahan tubuh gagal bekerja maksimal, populasi dunia dapat berkurang secara drastis.
Dia menulis: “Sebelum adanya semua langkah medis revolusioner ini, hidup sangat berbeda. Berbagai infeksi biasanya menyebabkan kematian atau menimbulkan kecacatan, banyak operasi yang kita lakukan rutin saat ini tidak ada dan berbagai obat keras yang kita gunakan untuk melawan kanker tak terpikirkan.
“Khususnya, saya ingin membagikan satu kunci statistis, sebelum adanya antibiotic dan vaksin, sekitar 40 persen kematian disebabkan karena infeksi. Saat ini, angkanya hanya menjadi 7 persen,” dirinya menambahkan.
Kebanyakan antibiotik telah dikembangkan, bersamaan dengan munculnya banyak vaksin pencegahan, di awal abad ini. Diperkirakan, saat ini berbagai antibiotik dan vaksin tersebut menambah panjang usia kita rata-rata 20 tahun.
Namun, obat-obatan itu terus berkembang, dan beberapa diantaranya berkembang pesat layaknya ilmu kedokteran.
Davies menyoroti pidato Sang Penerima Nobel, Sir Alexander Fleming dimana dia “memberikan tanda kalau dia telah melihat bakteri di dalam laboratorium yang daya tahannya terus berkembang dan karenanya bakterinya dapat tetap bertahan, dan mendesak masyarakat untuk menghentikan ancaman ini sebelum ancamannya meluas.”
Namun, tujuh tahun usai penemuan antibiotik dan penisilin pertama, Davies mengatakan “sedikit kemajuan” telah dibuat untuk mengantisipasi ancaman ini.
“Ancamannya terus berkembang luas, dan kelambanan ini beresiko serius mengembalikan kita pada jaman kegelapan ilmu kedokteran,” ujar Davies.
“Saya rasa masyarakat tidak benar-benar menyadari seberapa banyak hidup kta bergantung pada keefektifan antibiotik, Kita sangat mengenal obat ajaib ini sampai-sampai kita tidak memahami nilainya. Kenyataannya kita terus menyalahgunakan antibiotik ini, mulai dari para pasien, dokter, wisatawan, petanu dan produsen makanan di seluruh dunia, hanya untuk meraup keuntungan singkat mereka tidak memikirkan tentang dampaknya di masa depan.”
Dan tanda-tandanya sudah mulai kelihatan.
Sang profesor mengatakan: “Sudah ada empat dari sepuluh pasien dengan infeksi E. coli bloodstream di Inggris tidak dapat disembuhkan dengan antibiotik yang paling umum digunakan di berbagai rumah sakit. Sebagai tambahan, hampir satu dari lima bakteri ini tahan terhadap setidaknya satu dari lima antibiotik yang paling mujarab.
“Hal ini merupakan scenario paling mematikan yang kita takuti dalam ilmu kedokteran. Kehancuran kami kembali ke masa-masa kegelapan ini, dimana masyarakat terus meninggal pada saat melahirkan, akibat infeksi perut, atau karena luka tergores dan lecet.”
Sang profesor berpendapat kalau para pasien di Inggris “meminta diberikan berbagai antibiotik tersebut pada para dokter kami” tanpa memahami kebutuhan pengobatannya yang sesungguhnya.
Pemerintah Inggris telah memasukkan isu ini ke dalam daftar resiko nasional Inggris, dikarenakan negaranya ikut ambil bagian untuk menghentikan kehancuran ini.
Salah satu isu utamanya adalah pengembangannya telah berakhir yang mana tak ada lagi jenis antibiotik baru sejak tahun 1980.
Berbagai perusahaan obat-obatan mengatakan “harganya terlalu mahal untuk terus mengembangkan antibiotik padahal mereka menjualnya dengan harga yang murah,” tulis sang profesor.
Saat ini, diperkirakan sekitar 700.000 orang di seluruh dunia meninggal akibat infeksi kekebalan obat.
Sebuah tinjauan yang dilakukan oleh Lord O’Neill menemukan angka tahunan ini dapat mencapai hingga 10 juta orang pada tahun 2050.
Di tahun 2016 PBB menandatangani sebuah deklarasi penting yang berjanji untuk mengambil tindakan menyelesaikan masalah ini.
Menurut profesor Davies, Inggris memulai tindakannya dengan mendanai penelitian penting “yang memerlukan dana sebesar 615 juta poundstering, meningkatkan kesadara di lingkungan kerja dan menyokong negara-negara berkembang.”
- Source : www.rt.com