Para ahli biologi secara tak diduga menemukan pengobatan yang memungkinkan untuk penderita Alzheimer
Para peneliti dari Universitas Lancashire telah menemukan bahwa obat yang digunakan untuk mengobati penderita diabtes tipe 2 ternyata juga sangat efektif untuk mengobati penderita Alzheimer.
Obat yang disebut dengan ‘obat reseptor lipat tiga’ diciptakan untuk mengobati kelainan metabolisme, yang juga terbukti “mengurangi hilangnya ingatan secara signifikan” pada tikus percobaan, menurut para peneliti.
Alzheimer, merupakan penyakit umum yang berkaitan dengan demensia, dipercaya disebabkan oleh akumulasi zat patogenik yang dikenal sebagai amyloid beta plaque di neuron otak. Terbentuk dari sisa protein APP, yang dibebankan pada perbaikan neuron yang rusak dan pembentukan ikatan diantara keduanya, plak menghancurkan sel saraf saat pemrosesan molekul protein APP terganggu.
Dalam dua tahun terakhir, para ahli biologi telah membuat kemajuan pesat dalam pemahaman mereka terhadap penyebab penyakit Alzheimer. Dokter Holscher dan semua rekannya telah menyelidiki hubungan antara penyakit Alzheimer dan diabetes tipe 2, dan penyakit metabolisme lainnya. Sementara hubungan yang jelas antar penyakit tersebut masih harus ditemukan, para peneliti memperhatikan bahwa orang tua yang menderita kekebalan insulin juga cenderung terdiagnosis menderita Alzheimer.
Observasi ini membuat para ahli biologi menyimpulkan bahwa pengobatan yang efektif untuk mengobati diabetes tipe 2 juga dapat mengobati meningkatkan fungsi otak bagi para pasien penderita Alzheimer.
Para peneliti menguji coba teori tersebut menggunkan obat anti diabetes yang diciptakan di tahun 2015 oleh para peneliti Jerman dan Kanada. Obat tersebut mempengaruhi tiga gen yang menentukan pertumbuhan sel dan memaksa mereka untuk lebih bereaksi secara aktif terhadap molekul-molekul insulin.
Dr, Holscher dan para koleganya menambahkan obat tersebut pada makanan tikus uji coba yang DNA nya mengalami kerusakan gen APP. Uji coba tersebut menunjukkan bahwa tikus-tikus yang diberikan obat tersebut tak hanya mengalami penurunan penyakit diabetes tapi juga memiliki resiko penyakit terkait ingatan yang lebih rendah, yang berdmpak pada meningkatnya pembelajaran uji labirin dan pembentukan ingatan secara drastis. Otak tikus-tikus tersebut juga menunjukkan memiliki konsentrasi amyloid beta plaques yang lebih rendah dibanding tikus-tikus yang tidak diberikan obat,
“Hasil yang sangat menjanjikan ini menunjukkan kemanjuran dari beberapa obat resptor ganda yang awalnya dikembangkan untuk mengobati penyakit diabetes tipe 2, tapi juga menunjukkan efek neuro-protektif yang konsisten dalam beberapa penelitian,” ujar Holscher.
Langkah berikutnya bagi para peneliti Universitas Lanchasire yakni membuktikan keefektifan obat tersebut dengan dosis yang ditingkatkan, dan memastikan jika obat ini aman untuk dikonsumsi manusia. Penelitian mereka ini telah diterbitkan dalam jurnal imiah Brain Research.
Diperkirakan sekitar 47 juta orang diseluruh dunia menderita demensia, dan para peneliti memperkirakan bahwa angka tersebut dapat melonjak sampai 115 juta orang di tahun 2050.
- Source : sputniknews.com