Reset mental: Bagaimana cara jamur ajaib menyembuhkan depresi
Jamur halusinogen telah ditemukan dapat membantu meringankan depresi, bahkan di beberapa kasus berat dimana berbagai perawatan lainnya gagal menyembuhkan depresi tersebut, dan sebuah penelitian baru memberikan pencerahan mengenai fungsi otak kita.
Dipimpin oleh Dr. Robin Carhart-Harris, para peniliti dari Imerial College London telah menggunakan Psilocybin yang merupakan senyawa psikoaktif, umumnya ditemukan di jamur yang disebut jamur ajaib, dapat menyembuhkan depresi pada pasien dan mereka telah menggunakan teknik scan otak untuk mengamati secara seksama bagaimana halusinogen mempengaruhi otak, menurut sebuah laporan dari The Guardian.
Faktanya bahwa senyawa psilocybin saat ini menjadi penyembuh yang ampuh untuk depresri telah diketahui pada tahun 2016, ketika tim Carhart-Harris pertama kali menggunakan senyawa kimia tersebut pada satu grup pasien. Saat Sputnik melaporkan pada waktu itu, tes awal tersebut meliputi sebuah grup yang terdiri dari 12 pasien berusia 30-64 tahun yang telah gagal menemukan obat untuk kondisi mereka itu melalui metode pengobatan konvensional. Delapan pasien dari kedua belas pasien mengklaim mengalami pengurangan depresi setelah pertarungan jangka panjang mereka dengan tekanan mental dan emosional.
Hasilnya diketahui sebagai kesuksesan medis besar.
“Untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun, orang-orang yang berada diujung jalan yang menggunakan pengobatan yang saat ini telah tersedia, mereka melaporkan berkurangnya kekhawatiran, meningkatnya optimism dan kemampuan untuk dapat menikmati berbagai hal. Ini adalah kesuksesan yang tak tertandingi dan sebuah revolusi untuk pengobatan depresi,” ucap Amanda Feilding, direktur penelitian tersebut.
Saat uji coba awal, tim ini mengamati bahwa penelitian lebih lanjut akan dibutuhkan untuk memahami secara pasti bagaimana senyawa psikoaktif memberikan efek pada otak manusia.
Tahun ini, tim tersebut memberikan senyawa psilocybin pada sebuah grup yang terdiri dari 20 pasien dan pengobatan tersebut benar-benar berhasil, sekitar setengah pasien dari grup tersebut dilaporkan merasa lebih baik hanya lima minggu setelah meminum obat.
Namun kali ini, tim tersebut mendapatkan data tambahan terhadap aktivitas mental melalui scan otak.
Pertama, skan tersebut mengkonfirmasi penemuan tahun sebelumnya bahwa psilocybin mengurangi aliran darah di area otak yang disebut amygdala, area yang bertanggung jawab untuk memproses emosi, khususnya emosi yang bersifat negative seperti, kekhawatiran dan ketakutan.
Menurut laporan BBC, tim telah menemukan lebih banyak pengurangan aktivitas di area amygdala, lebih banyak pula peningkatan dalam berkurangnya gejala tersebut. Menurut BBC, struktur otak yang saling terkait yang dikenal sebagai “jaringan mode default” juga menjadi lebih stabil setelah menggunakan senyawa tersebut.
Sebagai keuntungan tambahan, psilocybin tampaknya untuk sementara membatasi konektivitas antara bagian tertentu di otak. Menurut laporan Verge, gangguan konektivitas inilah yang menyebabkan efek psychedelic dari jamur ajaib, yang mengakibatkan orang-orang kehilangan perasaan dalam “diri” yang disebut psikolog sebagai ego saat efek senyawa tersebut bekerja.
Namun scan terhadap otak yang dilakukan setelah pengobatan hasilnya sangat mngejutkan, karena usai pengobatan, ada peningkatan konektivitas antara bagian-bagian otak. Para peneliti menjelaskan efek tersebut dikarenak psychedelic mematahkan pola konektivitas lama dan mendorong otak untuk menciptakan struktur mental baru yang lebih sehat.
Efek ini telah didukung oleh para pasien yang semuanya melaporkan hasil positif dari reset mental tersebut.
Menurut Dr. Carhart-harris, “Para pasien sangat siap untuk menggunakan analogi (reset computer) ini. Tanpa mempedulikan apapun, seperti mereka mengatakan ‘Saya telah di-reset, dilahirkan kembali, direboot’ dan salah seorang pasien mengatakan otaknya telah dibangun kembali dan dibersihkan.”
Namun, percobaan tahun ini memiliki kelemahan, dikarenakan jumlah grup uji coba masih cukup kecil; tak ada yang namanya grup control, sebuah grup yang terdiri dari pasien-pasien yang diberikan pengobatan placebo untuk membandingkan hasilnya.
Menurut The Guardian, Professor David Nutt, direktur kesatuan neuropsikopharmasologi di divisi ilmu otak, dan penulis senior dari penelitian tersebut mengatakan: “Studi yang lebih luas diperlukan untuk melihat jika efek positif dapat dibuat di lebih banyak pasien. Namun penemuan awal ini sangat menggembirakan dan menyediakan cara pengobatan lainnya untuk diteliti.”
“Hal yang sangat menyenangkan entang penemuan pendahulu ini,” ucap Profesor Mitul Mehta dari Institut Psychiatry di King’s College London, “adalah bahwa perubahan otak terjadi di berbagai jaringan yang kami ketahui terlibat dalam terjadinya depresi, hanya setelah sekali dosis psilocybin.”
“Hal ini memberikan alasan yang jelas untuk saat ini kami dapat melihat mekanisme jangka panjang dalam studi yang terkontrol,” ucapnya seperti yang dikutip oleh BBC.
- Source : sputniknews.com