Top 5 Cases of Terrorists Obtaining Weapons Made in States in US-led Coalition
It’s been three days since Russia prevented a terrorist attack on its bases in Syria, with terrorists, as unexpected as it may seem, using sophisticated drones to strike the facilities.
Commenting on the issue, Pentagon said that the devices of such kind “could easily be obtained in the open market,” while the Russian Defense Ministry has stated that such technology could be supplied only by an advanced state.
While it is still being investigated, where did the terrorists get the technology, this is not the first time they get access to advanced technologies, sometimes entirely by a chance.
Sputnik recaps the most resonant cases, when terrorist groups in the Middle East got hold of highly sophisticated weaponry.
Syrian MoD Report
In October 2017, the Syrian Defense Ministry released a report with footage of ammunition confiscated from numerous terrorist organizations, including Daesh and al-Nusra Front, now named Tahrir al-Sham, claiming that those weapons had been manufactured in the United States or by its close allies. The report outlined that those groups were supplied with “rockets, rifles, machine guns, anti-air weapons and even tanks” allegedly in exchange for oil from the territories. By a cruel twist of fate, those weapons happened to be a part of the routine “arms delivery” by the anti-Daesh coalition to the “moderate opposition”.
Anti-Aircraft Missiles
In August 2017, the Lebanese army, which has been engaged in rooting Daesh out from a northeastern region of Lebanon bordering Syria, discovered anti-aircraft missiles, among other weapons, in an abandoned area. Moreover, the Lebanese, who have apparently done a great job, uncovered surface-to-air missiles left by al-Nusra Front militants in an area captured by Hezbollah and then taken over by the army. As early as 2013, The New York Times reported that Qatar was sending MANPADS (“man-portable air-defense-system”) to Syria and said that these might potentially go straight to Al-Qaeda to shoot down civilian aircraft.
Humvees
In 2015, Iraqi security forces lost 2,300 Humvee armored vehicles, supplied by the United States, when the northern city of Mosul collapsed. They were designed as a fast means to carry personnel and supplies to the battlefield, but later Daesh re-purposed them into car bombs with improvised explosive devices. Since then, Humvee car bombs became an integral part of the group’s military tactics due to the weapons’ devastating power and the vehicle’s ability to move fast.
Anti-Tank Missiles
By spring 2014, a year after then-President Barack Obama approved the first direct US military aid to rebel groups in Syria, the US-manufactured BGM-71 TOW anti-tank missiles began to appear in the hands of various anti-Bashar Assad groups. Subsequently, in November 2015, Russian journalists were attacked with the use of those ant-tank missile systems.
Supplies for Kurds
In October 2014, the Pentagon admitted that due to unforeseen circumstances, one of the airdrops initially intended for Kurds in the besieged Kobani, wound up in the hands of Daesh militants. The group immediately issued a video to boast of the newly-acquired weapons, which were meant to destroy them.
Bonus
Probably everyone who has ever watched videos released by the terrorist group Daesh has noticed that jihadists have been driving Toyota trucks. Certainly, cars are not related to “sophisticated weapons,” but many have wondered how the famous car-maker wound up becoming part of the Daesh “brand”. Well, here’s an explanation: when the US State Department decided to send aid to Syrian rebels, their wish-list, among many other things, included 43 Toyota trucks, which would make it easier for them to move on the ground.
INDO VERSION:
5 kasus teratas senjata buatan Amerika jatuh ke tangan teroris pada saat koalisis pimpinan AS
Sudah tiga hari sejak Rusia mencegah sebuah serangan teroris di pangkalannya yang berada di Suriah, dengan para teroris yangt ak diduga seperti kelihatannya, menggunakan berbagai drone canggih yang digunakan untuk menyerang pangkalan milik Rusia.
Mengomentari isu tersebut, Pentagon mengatakan bahwa peralatan semacam itu “dapat dengan mudah didapatkan di pasar terbuka,” sementara Menteri Pertahanan Rusia telah menyatakan bahwa teknologi semacam itu hanya dapat dipasok oleh sebuah negara maju.
Sementara masih diseldiki, darimana para teroris itu mendapatkan teknologi semacam itu, ini bukan pertama kalinya mereka memiliki akses untuk mendapatkan semua teknologi canggih seperti itu, yang terkadang benar-benar secara kebetulan.
Sputnik merangkum beberapa kasus yang paling diperbincangkan, ketika para kelompok teroris di Timur Tengah mampu mendapatkan persenjataan yang sangat canggih.
Laporan Menteri Pertahanan Suriah
Pada bulan Oktober 2017, Menteri Pertahanan Suriah merilis sebuah laporan dengan cuplikan yang menampilkan sitaan amunisi dari sejumlah organisasi teroris, termasuk ISIS dan Fron al-Nusra, yang saat ini bernama Tahrir al-Sham, mengklaim bahwa semua senjata itu telah dibuat di Amerika Serikat atau para sekutu terdekatnya. Laporan tersebut menguraikan bahwa semua kelompok itu dipasok dengan “berbagai roket, senapan, tembakan, senjata anti-udara dan bahkan tank” yang diduga hasil dari pertukaran minyak yang berasal di wilayah tersebut. Ironisnya, semua senjata itu menjadi bagian dari rutinitas “pengiriman senjata” yang dilakukan koalisi anti-ISIS untuk “meredakan perlawanan kelompok teroris tersebut”.
Rudal Anti-Pesawat
Pada bulan Agustus 2017, pasukan Lebanon, yang terlibat dalam pembasmian ISIS dari wilayah timur laut Lebanon yang berbatasan dengan Suriah, ditemukan berbagai rudal anti-pesawat, di antara senjata-senjata lainnya, di sebuah area yang telah ditinggalkan. Terlebih lagi, para pasukan Lebanon, yang nampaknya telah melakukan usaha yang luar biasa, menemukan rudal permukaan udara yang ditinggalkan oleh militant Front al-Nusra dalam sebuah area yang dikuasai oleh Hizbullah dan kemudian diambil alih oleh pasukan tersebut. Dari tahun 2013, New York Times telah melaporkan bahwa Qatar mengirimkan MANPADS (sistem pertahanan udara portabel buatan manusia) ke Suriah dan mengatakan bahwa semua sistem ini kemungkinan jatuh ke tangan AL-Qaeda yang mereka gunakan untuk menembak jatuh pesawat sipil.
Humvees
Di tahun 2015, pasukan keamanan Irak kehilangan sebanyak 2.300 kendaraan baja Humvee nya yang dipasok oleh Amerika Serikat, ketika kota di wilayah utaranya Mosul, dihancurkan. Semua kendaraan itu dirancang sebagai kendaraan yang dapat membawa para personil dan pasokan dengan cepat ke medan pertempuran, namun kemudia ISIS merubah fungsinya menjadi mobil pengebom dengan menambahkan berbagai alat peledak. Sejak saat itu, mobil bom Humvee menjadi bagian utuh dari taktik kelompok militer ISIS dikarenakan kekuatan senjatanya yang luar biasa dan kemampuan kendaraannya yang dapat bergerak dengan cepat.
Rudal Anti-Tank
Pada musim semi tahun 2014, setahun setelah Presiden AS pada waktu itu, Barack Obama, menyetujui bantuan militer langsung AS yang pertama kepada kelompok-kelompok pemberontak di Suriah, rudal anti-tank buatan AS BGM-71 TOW mulai muncul di berbagai kelompok anti-Bashar Assad. Setelah itu, di bulan November 2015, para jurnalis Rusia diserang mengunakan sistem rudal anti-tank tersebut.
Pasokan untuk pasukan Kurdi
Pada bulan Oktober 2014, Pentagon mengakui bahwa dikarenakan keadaan yang tak terduga, salah satu senjata airdrop yang dimaksudkan untuk pasukan Kurdi di kota yang terkepung, Kobani, tak sengaja jatuh ke tangan para militant ISIS. Kelompok tersebut dengan segera mengeluarkan sebuah video untuk menggembar-gemborkan senjata baru yang diperolehnya, yang awalnya dimaksudkan untuk menghancurkan mereka.
Bonus
Kemungkinan semua orang yang pernah menonton video-video yang dirilis oleh kelompok teroris ISIS memperhatikan bahwa para jihadis tersebut terus mengendarai truk Toyota. Meskipun, mobil tidak terkait dengan “senjata canggih”, namun banyak orang yang ingin tahun bagaimana perusahaan pembuatan mobil ternama tersebut menjadi bagian dari “merek” ISIS. Ini penjelasannya: ketika Departemen Negara AS memutuskan untuk mengirimkan bantuan ke pemberontak Suriah, daftar senjata yang mereka inginkan, di antara senjata-senjata lainnya, yakni 43 truk Toyota yang dapat memudahkan mereka bergerak di daratan.
- Source : Sputnik