UU Russophobia, Siapapun Menyatakan Benci Rusia Bisa Ditangkap
Moskow - Anastasia Chernysheva (22) punya toko roti Xoxo Bakery di Moskow, ibukota Rusia. Tokonya laris manis. Tapi sejak April lalu, Komite Investigasi menyegel tokonya karena ia membuat roti warna biru-kuning, simbol Ukraina.
Komite menangkap dan mendenda Chernysheva sebesar 35 ribu rubel, setara Rp 6,5 juta. Karena tidak menemukan bukti-bukti antiperang, polisi hanya menahan Chernysheva semalam. Jika masih melanggar, ia terancam hukuman lima tahun penjara.
"Saya pikir polisi tidak akan benar-benar mendatangi toko roti saya, meskipun saya tahu Duma sedang menyusun Undang-Undang Russophobia. Salah saya apa?" kata Chernysheva kepada Moscow Times, Minggu (21/5).
Publik Rusia kini tengah cemas menanti seperti apa draf UU Russophobia yang sedang disusun oleh Duma, parlemen Rusia. Menurut laman berita independen Vyorstka, Russophobia adalah tindakan atau pernyataan kebencian atau mendiskreditkan militer atas serangan ke Ukraina. Pelanggar bisa dihukum lima hingga tujuh tahun.
Menurut sejumlah analis, Kremlin memilih istilah 'Russophobia' sebagai gagasan panik di tengah terisolasinya Rusia dari pergaulan dunia menyusul invasi mereka ke Ukraina. Russophobia ditujukan kepada orang Rusia di dalam negeri maupun diaspora atau mereka yang berada di luar negeri.
Namun, anggota parlemen Irina Yatovaya menilai batasan itu kabur. Ia khawatir dalam praktiknya nanti bisa menjerat siapapun yang dianggap Kremlin membenci Rusia.
"UU itu nanti bisa menjerat siapa saja. Bisa jatuh menjadi bidah, berlebih-lebihan. Siapapun yang mengkritik invasi Rusia bisa dianggap Russophobia," ujar Yatovaya.
Rusia sedang bergerak kembali ke negara totalitarian sejak Presiden Vladimir Putin menyerang Ukraina pada 24 Februari 2022. Perbedaan pendapat diharamkan dan pengkritik perang ditangkapi.
Bahkan seorang penjual roti seperti Chernysheva pun terus diawasi. Sejak tokonya ditutup pada 27 April lalu, ia kini hanya menerima pesanan secara daring. Chernysheva berhati-hati memastikan pemesan bukan agen yang hendak menjebak.
Pernah ia menerima pesanan kue tart dengan hiasan tulisan 'Putin akan mati, tapi kami akan tetap tinggal.' Chernysheva ragu memenuhi order tersebut, ia ngeri.
Pengacaranya, Yulia Yevdokimova, mengatakan media sosial Chernysheva diserbu para buzzer pro Kremlin setiap saat. Kliennya nyaris tak bisa membaca pesanan roti yang masuk.
"Benar-benar setiap orang yang menentang perang di Rusia sekarang dalam bahaya,” kata Yulia Yevdokimova.
Chernysheva cuma gadis pembuat roti, tapi dengan ancaman keselamatannya menyusul roti warna bendera Ukraina, ia bisa dicap 'Russophobia'. Ia orang Rusia yang tak nyaman menjadi warga negara Rusia kini.
Ia berniat pergi. "Mungkin ke Jerman," kata Chernysheva. "Sampai saya dipenjara, saya hanya berencana membuat kue," ia menegaskan.
- Source : Ian Publica News