www.zejournal.mobi
Rabu, 27 November 2024

Jokowi ke Kepala Daerah: Fundamental Ekonomi RI Harus Dibalik Total

Penulis : Maikel Jefriando | Editor : Admin | Rabu, 21 Oktober 2015 10:15

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wapres Jusuf Kalla (JK) mengumpulkan para kepala daerah di Istana Negara, Jakarta. Mulai dari Gubernur, Wali Kota, hingga Bupati hadir dalam pertemuan tersebut.

Dalam persoalan ekonomi, Jokowi mengingatkan para kepala daerah, bahwa Indonesia tidak lagi sama seperti beberapa tahun lalu. Indonesia dulu adalah negara konsumtif, dan eksportir dari sumber daya alam (SDA) mentah‎.

"Ada transformasi fundamental ekonomi kita, dari yang dulunya selalu bertumpu pada konsumsi, bertumpu pada ekspor mentah, komoditas mentah. Ini yang harus dibalik total," ungkapnya di Istana Negara, Jakarta, Rabu (21/10/2015).

Dari negara konsumtif, Indonesia harus menjadi negara produsen. Kemudian dari eksportir SDA mentah, menjadi eksportir bahan jadi. Perubahan itu dimulai dengan mendorong peningkatan investasi.

"Dari konsumsi ke produksi, dari konsumsi ke investasi, dari konsumsi ke industri, artinya harus ada reindustrialisasi, ada hilirisasi total. Oleh sebab itu daerah-daerah harus menyiapkan diri, kalau ada investasi industri apapun harus punya kecepatan menangkap itu‎," papar Jokowi.

Perekonomian Indonesia memang tengah dalam perlambatan. ‎Semester I-2015, pertumbuhan ekonomi hanya mampu mencapai 4,7%. Sementara banyak negara lain, dalam periode yang sama mengalami kontraksi dalam ekonominya.

"Keadaan ekonomi kita banyak yang khawatir ekonomi kita, banyak yang ngomong ekonomi kita krisis. Bapak Ibu harus lihat angka. Kita ini kalau terima tamu, mereka acung jempol ke Indonesia. Karena situasi seperti ini yang lain ada yang minus 2%, minus 3%, anjlok 1%‎ sampai 2%. Kita pada posisi kemarin baru turun 0,3%," terangnya.

Menurut Jokowi, pemerintah daerah juga harus memahami Indonesia dalam angka. Bukan hanya persepsi kebanyakan orang.

"‎Saya ingin tunjukkan posisi-posisi karena orang sering ditakut-takuti dengan membandingkan dengan 1998. padahal sangat berbeda. Coba kita lihat pertumbuhan ekonomi 98 minus 13%, sekarang 4,7%, kemudian inflasi. Inflasi saat itu 82%,‎" tukasnya.


- Source : finance.detik.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar