FPI Sebut Jember Fashion Carnaval Ajang Haram & Maksiat
JFC atau Jember Fashion Carnaval adalah karnaval busana di atas jalan raya sepanjang 3,6 kilometer dan diikuti 600 orang model yang berasal dari warga biasa. Dan tahun ini adalah tahun ke-18 penyelenggaraannya. Event yang berawal dari sebuah kegiatan keluarga untuk melewati waktu agar tak jenuh ini telah meraih berbagai pencapaian.
Kini, JFC bisa dibilang telah menjadi branding tersendiri. Tak tanggung-tanggung, karnaval itu telah mengenalkan empat branding sekaligus. Pertama, nama JFC itu branding yang luar biasa. JFC juga telah berhasil mengenalkan Kabupaten Jember ke dunia. JFC juga membawa nama baik Indonesia ke kancah internasional. JFC juga telah membuat namanya dikenal luas. Dan perlu diingat JFC adalah salah satu karnaval yang sangat terkenal di seluruh dunia lho.
Tapi, JFC tahun ini sedikit diwarnai protes dikarenakan protes oleh sebagian kelompok (Salah satunya FPI) mengenai pakaian, terutama yang dipakai oleh artis Cinta Laura yang dianggap terlalu vulgar.
Pertama, penulis sudah melihat foto-fotonya saat di JFC. Jujur, biasa saja tuh. Nanti kita bahas lagi.
Menurut Event Director JFC Intan Ayundavira, masing-masing orang memiliki standar sendiri mengenai batas kesopanan. Selama ini tidak ada aturan baku sejauh mana batas kesopanan tersebut. "Bahkan kalau dikaitkan dengan budaya, kIta akan kesulitan menyebut apakah pakaian orang itu sopan atau tidak. Contoh, pakaian orang Jawa, kan seperti itu. Apalagi pakaian adat orang Papua, apakah kemudian kita menyebut mereka berpakaian tidak sopan? Kan tidak seperti itu," katanya.
FPI Jawa Timur menolak acara JFC karena kegiatan itu melanggar norma-norma kesusilaan dan agama. "Kami menolak, kami mengingkari. Stop. Berhenti. Saya ketemu siapa pun, saya akan bicara. Jangan salahkan orang ngomong, seperti kalian tidak mau disalahkan dalam berbuat. Tahun depan tidak perlu diselenggarakan,” kata Haidar.
Haidar juga menyebut JFC sebagai bentuk kemungkaran. Pertama, karena mengumbar aurat. Kedua, tidak ada manfaat. Apa sekarang manfaat dari kemaksiatan? Dosa. Mendapatkan uang dari acara maksiat? Haram, begitulah kata Haidar.
Terus dia mengkritik kontribusi JFC untuk Jember. Apa lebih makmur? Apa lebih sengsara? Kalau cuma mengekspos, menjual rakyatnya dengan telanjang, apa gunanya sih? Dengan kemaksiatan apa yang perlu dibanggakan? Jember dikenal dengan telanjang, dengan maksiat, dengan meninggalkan salat, sehingga dengan acara-acara seperti itu mendatangkan uang? Apa seperti itu yang diharapkan? Jember maju, perputaran uang banyak, dengan maksiat?”
Begini, kenapa selalu masalah aurat yang diprotes. Apakah mereka ini tidak bisa mengerem pikiran seperti itu? Apa susahnya sih? Sebenarnya fashion yang ditampilkan sangat unik dan memorable. Saya yang kurang suka fashion, dengan penilaian objektif, menganggap carnaval ini sangat world class. Wajar kalau JFC dianggap sebagai salah satu karnaval yang terkenal di dunia.
Kenapa tidak fokus pada fashionnya yang penuh dengan kreativitas seni? Kenapa otaknya harus pikir ke paha atau apa pun yang diprotes? Sungguh heran dengan pemikiran yang selalu saja muter-muter di bagian itu.
Kalau begitu, bagaimana dengan pakaian tradisional asli Indonesia di berbagai daerah? Mau semuanya diprotes sekalian? Yang menggelikan adalah, semua harus sesuai dengan apa yang FPI mau, seolah mereka ini yang punya standar moral terbaik di dunia. Jadi maunya berstandar budaya Arab? Mereka protes ini itu, tapi tidak sadar telah berusaha memaksakan apa yang mereka inginkan kepada kita.
Kenapa kelompok ini tidak protes saja soal korupsi yang jauh lebih berbahaya? Kenapa yang diprotes selalu soal pakaian melulu? Sangat lucu sekali kalau pikiran seseorang sampai mengarah ke situ, seolah tidak bisa dikontrol dengan baik. Kerjanya cuma kritik, kritik, kritik. Tapi begitu dikritik balik dan dikecam, selalu bertindak sebagai korban. Padahal pandangan mereka inilah yang bikin kesal.
Bedakan deh antara kesenian dengan agama. Tujuan karnaval ini bukan mengumbar keseksian karena ini pentas pertunjukan seni. Kalau semuanya dikaitkan dengan agama, jadi kacau begini.
Kadang lucu juga, artis dalam negeri saja sering diprotes soal pakaian, apalagi artis luar yang mau ke Indonesia. Makanya susah maju dan banyak halangan di negara ini karena banyak aturan dan protes yang tidak produktif apalagi mengatasnamakan agama. Kan itu urusan kita dengan Tuhan. Tapi sebagian kelompok membuatnya jadi ribet dan bermasalah.
- Source : seword.com